Mohon tunggu...
Ade Nur Saadah
Ade Nur Saadah Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan Jurnalis Lifestyle

Wife & Mom

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Homs, Kota Makmur yang Kini Tinggal Nama

6 Januari 2016   00:12 Diperbarui: 7 Januari 2016   10:46 1653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski hanya memimpin selama 2 tahun lebih 8 bulan, namun Khalifah Umar bin Abdul Aziz mampu mengubah Homs menjadi negeri paling makmur hingga tidak ada seorang pun yang layak menerima zakat. Tapi kini, ISIS telah memporakporanda Homs sekaligus jejak khalifah termasyhur ini.

  Memasuki kota Homs, hamparan ladang aprikot menyambut saya. Musim dingin baru saja berlalu. Sisa-sisa salju  di puncak bukit yang mengelilingi kota ini tak ubahnya  es krim raksasa  yang sedang meleleh.  Tampak beberapa anak petani bermain riang di hamparan ladang yang luas itu. Wajah-wajah bahagia mereka masih terekam jelas di ingatan saya sampai saat ini, sampai saya menuliskan kisah ini. 

  Homs termasuk salah satu kota tua di Suriah dan sarat sejarah. Kota ini tidak hanya memiliki jejak Emperium Romawi  dan Yunani Kuno tapi juga catatan emas perjuangan mujahid Muslim dalam menaklukkan Romawi di bawah komando Panglima Khalid bin Walid. Krak des Chevaliers, salah satu dari bangunan bersejarah yang sayangnya kini telah porak poranda. Beruntung, saya masih berkesempatan menikmati keindahan benteng ini.   
Benteng Krak des Chevaliers (foto: Ade Nur Sa'adah)

Benteng yang dibangun di atas bukit pada ketinggian 650 meter dari permukaan laut ini merupakan peninggalan sejarah yang sangat mengagumkan. Krak des Chevaliers berasal dari  bahasa Arab-Perancis yang berarti "Istana Para Ksatria". Benteng ini memiliki 13 menara dan dua dinding tinggi dimana dinding bagian dalam lebih tinggi daripada dinding yang ada di bagian luar. Sementara di antara kedua dinding itu terdapat parit dan lereng yang curam untuk menyulitkan musuh menyusup ke dalam benteng. Benteng yang dibangun para prajurit perang salib ini akhirnya bisa direbut oleh pasukan Muslim yang dipimpin Panglima Khalid bin Walid.  

Bagian dalam Krak des Chevaliers (foto: Ade Nur Sa'adah)
Bagian dalam benteng terdapat banyak ruangan termasuk gudang tempat perlengkapan perang dan makanan selama  lima tahun untuk lebih dari 2000 prajurit dan kudanya. Tak ubahnya sebuah kota kecil, di dalam benteng ini juga terdapat kapel dan tempat tinggal prajurit. Banyak sekali sudut-sudut eksotik di benteng yang sudah berusia ribuan tahun ini.   
Salah satu sudut Krak des Chevaliers (foto: Ade Nur Sa'adah) 
Parit di antara dinding bagian dalam dan bagian luar benteng (Foto: Ade Nur Sa'adah) Kota Sang Khalifah & Panglima Pemberani Saya besar dengan berbagai kisah teladan Islam, salah satunya kisah seorang anak penjual susu yang jujur. Ketika Khalifah Umar bin Khattab sedang menyamar untuk melihat secara langsung kehidupan rakyatnya, samar dia mendengar percakapan dari sebuah rumah yang sangat sederhana. Rumah seorang perempuan penjual susu. Waktu itu, beliau mendengar anak penjual susu itu melarang ibunya berbuat curang dengan mencampur susu dagangan mereka agar mendapat untung lebih banyak. Khalifah Umar sangat tersentuh ketika anak perempuan itu mengatakan bahwa meski orang tidak tahu tentang kecurangan itu, tapi Allah pasti mengetahuinya.  Kejujuran anak pedagang susu itu membuat Khalifah Umar melamarkannya untuk anak laki-lakinya, Ashim. Putri dari pernikahan tersebut, Laila kelak melahirkan seorang anak yang mengikuti jejak ayah dan kakek buyutnya menjadi seorang Khalifah. Dialah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ayahnya, Abdul Aziz bin Marwan adalah seorang gubernur dari klan Umayah yang terkenal karena kedermawanannya.  
Kediaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang kini menjadi masjid sekaligus makamnya  (foto: Ade Nur Sa'adah) Seperti kakek buyutnya dan ayahnya, Umar mampu memisahkan antara urusan rakyat dan keluarganya. Beliau tidak pernah mau mengambil apa yang bukan menjadi haknya. Dia mengelola keuangan pemerintahannya dengan adil dan jujur. Meski tidak sampai tiga tahun menjabat Khalifah, namun Umar mampu mengantarkan Homs sebagai kota paling makmur dalam sejarah hingga tidak ada seorang pun dari rakyatnya layak menjadi penerima zakat. Khalifah Umar meninggal dunia di usia 40 tahun dengan meninggalkan kisah kepemimpinan yang dikenang hingga saat ini.  
Makam Khalifah Umar bin Abdul Aziz  (Foto: Ade Nur Sa'adah) 
Pintu memasuki kediaman dan makam Khalifah Umar bin Abdul Aziz (Foto : Ade Nur Sa'adah) 
Papan di pintu masuk masjid yang memuat biografi singkat sang Khalifah (Foto: Ade Nur Sa'adah) Apa Kabar Mereka Sekarang? Berada di pusat kota Homs, berdiri megah Masjid Khalid bin Walid yang di dalamnya terdapat makam sang Panglima. Masjid ini juga sudah rata dengan tanah akibat konflik yang melanda Suriah.  Halaman masjid yang luas menjadi pilihan warga kota untuk berpiknik. Mereka duduk di bawah pohon yang ada di halaman masjid dan mengudap setangkup roti sayur dengan jus aprikot. Anak-anak dengan riang membeli es krim dan menjilatinya sambil bercanda penuh kebahagiaan. Di halaman masjid ini saya mengenal Mariam, bocah perempuan yang cantik sekali. Saya juga berkenalan dengan dua orang tentara yang sedang bertugas jaga di halaman masjid. Sama sekali tidak terbayang kalau tentara yang santun ini kelak akan menjadi bagian dalam konflik yang melanda negerinya. Saya selalu berdoa semoga anak-anak yang saya di temui selama perjalanan saya di Suriah selamat dari kekejaman perang yang tak berperi ini. Amiin.  
Masjid Khalid bin Walid yang megah (Foto : Ade Nur Sa'adah) 
Bersama tentara Suriah yang berjaga di halaman masjid 
Makam Panglima Khalid bin Walid dengan sorban dan pedang kesayangannya. (Foto: Ade Nur Sa'adah) 
Apa kabar mereka sekarang? (Foto : Ade Nur Sa'adah) 
Apa kabar mereka sekarang? (Foto: Ade Nur Sa'adah) 
Apa kabar mereka sekarang? (Foto: Ade Nur Sa'adah) 
Apa kabar Mariam sekarang? (Foto : Ade Nur Sa'adah)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun