Mohon tunggu...
Reza Adam Isdinata
Reza Adam Isdinata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cinta dan Patah Hati Menurut Neurosains

11 Mei 2024   19:17 Diperbarui: 11 Mei 2024   19:24 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber ghttps://pixabay.com/illustrations/couple-husband-wife-together-3254074/ambar

Sepanjang evolisi manusia sebagai spesies, otak kita belajar tentang bagaimana cara memilih pasangan ideal yang paling mungkin memberi keturunan. pengalaman yang diperoleh laki-laki dan Perempuan dimasa purba tersimpan didalam otak kita sebagai sirkuit-sirkuit cinta Neurologis. sirkuit cinta di otak ini sudah ada sejak kita lahir, diaktifkan dimasa pubertas oleh campuran berbagai Neurotranmiter (senyawa kimia saraf). sirkuit cinta yang sudah tersusun secara otomatis akan me notice lawan jenis yang memiliki potensial untuk memberikan keturunan. kita akan merasakan sengatan kimia yang melahirkan rasa ketertarikan terhadap lawan jenis

jatuh cinta merupakan suatu fenomena kompleks yang melibatkan berbagai proses neurosaini. Saat seorang jatuh cinta, otak melepsaskan hormon seperti Dopamine, Soratonin, dan Oksistosin yang menciptakan perasaan euphoria, kebahagiaan dan ketertarikan emosional. Ini juga melibatkan otak seperti Amigdala dan nucleus accumbens yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan respon emosional

Setelah seorang yang merasakan jatuh cinta pusat rasional di otak akan tersumbat, itu mengapa orang yang sedang merasakan jatuh cinta mempunyai prilaku yang tak logis. Saraf – saraf otak yang diaktifkan saat seseorang jatuh cinta sama seperti otak seorang pecandu narkoba yang sangat mengharapkan suplaian narkoba berikutnya. Ketika seseorang merasakan perasaan jatuh cinta,  Amigdala (sistem siaga-takut) dan Anterior cinguli cortex (sistem khawatir-berpikir kritis) di otak menjadi mati. Aktivitas otak orang jatuh cinta ini dibahan bakari oleh hormon-hormon dan Neurotransmitter seperti Dopamine, Oksitosin dan Serotonin.

Oksitosin dikenal sebagai hormon cinta karena berkaitan dengan perasaan , kasih sayang, emosi, dan keterikatan antar manusia. Dopamin dapat disebut zat pemicu kenikmatan, misalnya saat kita sedang makan-makanan yang lezat, mendengar lagu favorit dan lain-lainya. Namun kenikmatan itu memiliki durasi maka dari itu orang yang jatuh cinta lamban laut akan timbul rasa bosan, orang yang baru jatuh cinta dengan orang yang sudah enam bulan jatuh cinta gairah dan intesnsitasnya akan berbeda  (asupan dopamine nya telah berkurang). Molekul neurokimiawi ini mampu mem-boost mood, menambah semangat dan meningkatkan kreativitas. Sorotin dikenal sebagai hormon bahagia, karena berperan sebagai penyejuk suasana hati dan dapat mengurangi depresi. Ke tiga hormon inilah yang menimbulkan  kesenangan dan kebahagian saat seseorang merasakan jatuh cinta. ini merupakan hormon yang akan bekerja di sirkuit-sirkuit otak orang sedang mengalami fase jatuh cinta.

lalu bagai mana jika seseorang yang sedang mengalami patah hati?


Input sumber gambarhttps://pixabay.com/illustrations/sad-broken-heart-background-674811/
Input sumber gambarhttps://pixabay.com/illustrations/sad-broken-heart-background-674811/
namun Ketika seorang mengalami fase patah hati, fasilitas dari hormon-hormon tadi berhenti. Itulah yang membuat orang  patah hati merasa tertekan, cemas dan terisolasi, akhirnya otak berusaha mencari-cari gantinya.  Maka dari itu orang yang sedang berada di fase patah hati juga mengalamai tersumbat nya pusat otak rasionalnya, sehingga dapat melakukan hal-hal yang tidak di bayangkan sebelumnya, karena Ketika patah hati daya kekecewaan dan rasa sedih karena kehilangan kenikmatan dan kebahagiaan saat merasakan perasaan jatuh cinta tadi. mereka bisa melakukan apa saja untuk meluapkan rasa kekecewaan dan kesedihanya.

Sebagian orang menganggap patah hati ini adalah hal kecil, namun mereka yang tidak bisa mengentrol dirinya dimasa patah hati ini secara tidak sadar akan memberikan efek negative pada diri mereka sendiri bahkan sampai menimbulkan kematian. diantaranya adalah gangguan kecemasan kronis, gangguan ini merespon bawaan tubuh manusia saat menghadapi ancaman atau serangan. patah hati bisa membuat respon ini aktif dalam tubuh, seingga muncul gejala seperti jantung berdebar, kepala pusing, perut mual dan cemas yang sangat mendalam. ketika mereka patah hati tubuh akan melepaskan hormon stress atau Kortisol yang bisa menurunkan fungsi kekebalan tubuh, memicu kenaikan gula darah, berkurangnya kalsium dalam tulang, menurunya fungsi kognitif, hingga stress dan depresi. Semua ini memengaruhi daya tahan tubuh mereka 

Patah hati tersendiri adalah kondisi emosi yang mengalami kekecewaan dan kesedihan mendalam karena harapan tidak sesuai dengan kenyataan. orang yang patah hati memiliki proses atau fase  yang akan dilewatinya, masing-masing fase  ada waktu dan masanya sendiri. orang yang patah hati tidak bisa langsung menerima kenyataan yang dialaminya. menurut Dr. Fahrudin Faiz seorang ahli Filsuf fase patah hati memiliki 6 fase. diantaranya :

https://pixabay.com/vectors/sign-post-board-exit-direction-575715/Input sumber gambar
https://pixabay.com/vectors/sign-post-board-exit-direction-575715/Input sumber gambar
  • Shock atau terkejut. Orang yang sedang patah hati. respon pertama yang ia alami adalah terkejud atas peristiwa yang tidak       diinginkan karena ekspetasinya tidak sesuai yang ia harapkan.
  • Denial. yaitu pertahanan mental yang muncul ketika seseorang menolak suatu kejadian atau kenyaatan yang tidak ia ingankan. ini bisa terjadi sebagai cara untuk menghindari kecemasan atau rasa sakit emosional yang terkait dengan situasi yang sulit.
  • Anger atau Marah. setelah melewati fase Denail, mereka akan berada pada tahap amarah. tahap emosi ini dapat di luapkan atau dilampiaskan kapan pun dan dimana pun. Marah sendini adalah emosi yang alami dan kadang-kadang diperlukan sebagai respons terhadap situasi yang menekan atau tidak adil. namun, bagaimana kita mengelola dan mengekspresikan kemarahan tersebut dapat mempengaruhi hubungan dan kesejahteraan. 
  • Barganing yaitu upaya individu untuk mencapai kesepakatan atau negosiasi, bargaining ini melibatkan berbagai Upaya, seperti berdoa, bernegosiasi dengan diri sendiri atau dengan kekuatan yang lebih besar . namun seringkali tahap ini tidak berhasil sepenuhnya untuk memperbaiki keadaan. 
  • Depression. Depresi adalah gangguan suasana hati yang serius yang mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir dan menangani aktivitas sehari-hari. ini bisa memengaruhi aspek kehidupan seperti tidur, makan, dan hubungan interpersonal. Fase ke lima ini adalah fase yang paling gawat. Difase ini lah banyak orang yang tidak bisa mengontrol dirinya, sehingga akan berdampak buruk, bahkan sebagaian orang memilih mengakhiri hidupnya karena tidak bisa mengendalikan emosinya. 
  • Acceptance. Fase ini adalah fase yang terakhir. jika seorang yang patah hati bisa menerima ke lima fase di atas. ia akan sampai pada fase ini yaitu fase menerima. pada tahap ini individu sudah menerima bahwa kehilangan atau situasi yang mereka hadapi merupakan bagian dari kehidupan mereka, dan mereka mulai membangun kembali  kehidupanya dengan memperhatikan realitas baru tersebut. Acceptance tidak berarti bahwa individu merasa senang atau bahagia dengan situasi tersebut, tetapi mereka telah menemukan cara untuk hidup dengan damai atas kenyataan yang ada.  

dari tulisan diatas kita dapat menyimpulkam bahwa Jatuh cinta dan patah hati melibatkan kompleksitas neurokimia dalam otak manusia. ketika seseorang jatuh cinta, hormon seperti Dopamin dan Oksitosin dilepaskan, menyebabkan perasaan euforia dan ikatan emosional yang kuat. namun, ketika hubungan berakhir, perasaan sakit hati dapat memicu respons stres yang mengaktifkan bagian otak yang terkait dengan rasa sakit fisik. Ini menunjukkan betapa cinta dan patah hati tidak hanya pengalaman emosional, tetapi juga fenomena Neurologis yang kompleks. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun