Mohon tunggu...
Sukron Firmansa
Sukron Firmansa Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Halo! Saya seorang freelancer yang gemar menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memilih Hidup Childfree: Dari Rasa Khawatir hingga Keterbatasan Finansial

8 Februari 2023   16:09 Diperbarui: 8 Februari 2023   16:26 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : www.canva.com

Pada era kemajuan saat ini berdampak pada seluruh aspek kehidupan hingga pada aspek budaya, pada aspek budaya memunculkan kebiasaan baru yaitu childfree. Childfree merupkan pilihan hidup dimana pasangan tidak ingin memiliki seorang anak. Banyak faktor yang mendasarkan pilihan tersebut, dari faktor ekonomi hingga kekhawatiran pertumbuhan dan perkembangan sang anak.

Childfree bukan femomena yang baru di dunia, di negara maju Childfree merupakan hal biasa bukan hal aneh dan bahkan banyak individu memilih tidak menikah. Dari gerakan feminisme hingga peduli terhadap keadaan lingkungan, dimana populasi makin meningkat sebagai alasan hidup Childfree, hal tersebut sering dikaitkan dengan alasan memilih Childfree.

Setiap individu bebas memilih jalan hidupnya, karena individu mengtahui bagaimana kemampuannya dalam mempertimbangkan untuk mengambil keputusan. Keadaan hidup yang keterbatasan secara finansial dan keterbatasan waktu sering menjadi dasar pertimbangan untuk hidup Childfree.

Selain faktor kekhawatiran pada kedepannya, childfree juga bisa didasari karena pengalaman atau peristiwa yang di alami oleh perempuan tersebut. Childfree menjadi pilihan oleh perempuan atau pasangan karena adanya suatu hal yang mendasar, misalnya latar belakang masalah keluarga dan keluarga yang patriarki (Nugroho, Alfarisy, Kurniawan, & Satria, 2022).

Keputusan untuk hidup childfree tentunya tidak mudah, para individu yang memilih childfree membutuhkan banyak pertimbangan dan hal yang mendasari pilihan tersebut. Keadaan individu seperti ingin fokus berakir juga menjadi dasar keputusan. Keinginan hidup yang memiliki mobilitas yang tinggi menyebabkan untuk menghindari memiliki anak bahkan memilih untuk tidak menikah.

Perbedaan gender juga mejadi alasan memilih hidup childfree, pandangan mengenai adanya tidak ada keadilan gender yang disebabkan perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki. Dalam tulisan (Wijayanti & Nurhasanah, 2022), perempuan merasa dimanfaatkan dalam hal-hal biologis oleh laki-laki, misalnya adalah posisi keibuan dan kehamilan yang selalu diposisikan kepada perempuan.

Childfree mulai marak di Indonesia, adanya dukungan dan wadah terbentuk dari orang-orang yang memiliki pandangan untuk hidup childfree. Salah satunya yaitu, Childfree Life Indonesia. Jika kita perhatikan, banyak public figur yang memilih hidup childfree. Pemikiran childfree di Indonesia ramai diperbincangkan oleh banyak kalangan, dari yang mendukung, menolak, hingga menjadi penengah pada perbicangan tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun