Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Usai SAR Sukhoi, Pulihkan Kembali Kondisi Gunung Salak

18 Mei 2012   09:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:08 1652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerusakan yang ditimbulkan dari aktifitas SAR

Sejak awal proses SAR dan evakuasi sedikitnya 2000 anggota tim SAR gabungan silih berganti beraktifitas di kawasan Gunung Salak yang dipusatkan di Desa Cipelang Cijeruk Kabupaten Bogor. Menurut Komandan Distrik Militer Kolonel Anton Mukti Putranto di Posko Cijeruk, Jumat (10/5/2012), mekanisme estafet dipilih dalam proses pencarian bangkai pesawat Sukhoi dan evakuasi korban. Pada saat itu, ada 529 orang dari tim Alfa, Bravo, Charlie, dan Delta. Kemungkinan tambahan sekitar 500 orang akan dikerahkan untuk evakuasi (Baca kompas.com : Jenazah Kemungkinan dibawa Lewat Darat )

Jumlah tersebut merupakan jumlah yang sangat banyak dan membuat tekanan yang sangat berat bagi lingkungan. Selain terbukanya hutan akibat jatuhnya pesawat, pembuatan Helipad di sekitar puncak Salak 1 memakan puluhan pohon yang harus ditebang. Menurut Dandim Kabupaten Bogor, Letkol Mukhlis di Pasir Pogor, Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/5/2012), ada sekitar 50 x 25 meter luas lahan yang ditebang pohonnya di Puncak Manik. (baca Tribunnews.com: TNI Tanam Pohon di Puncak Gunung Salak ). Saat kegiatan pendakian dan SAR, injakan ratusan kaki di areal sempit sehingga terjadi pemadatan tanah. Pemadatan tanah ini berdampak pada turunnya daya tanah menyerap air dan menimbulkan aliran permukaan yang lebih besar saat turun hujan. Belum lagi banyak lahan hutan yang harus ditebas untuk membuat rintisan saat pendakian dan membuat jalur evakuasi. Ketika membangun tenda darurat di puncak, dipastikan tim SAR akan menebas beberapa batang kayu untuk keperluan “camping”. Tak kalah tertekannya adalah satwa yang menghuni areal SAR akan mengalami stress dan rusak habitatnya akibat mondar-mandirnya Helikopter dan manusia. Jangan lupa, sampah tentu saja bertebaran dimana-mana akibat banyaknya sisa atau sampah logistik yang dipergunakan saat operasi SAR.

[caption id="attachment_182129" align="aligncenter" width="465" caption="Kerusakan Pohon dan Tanah akibat Jatuhnya Pesawat Sukhoi (Sumber gambar http://www.acehbarat.com/2012/05/ktp-nur-ernawati-ditemukan-tim-mapala-ui/)"]

13373314211227701637
13373314211227701637
[/caption]

Kerusakan tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja. Flora, fauna, tanah, air dan udara  juga makhluk Tuhan yang berhak menikmati hidup sesuai karakternya. Apalagi kawasan Gunung Salak adalah tempat yang sangat penting bagi pemenuhan anyak kebutuhan masyarakat di sekitarnya.

Tidak Asal Menanam

Kepedulian akan pentingnya mengembalikan kondisi Gunung Salak atau kawsan TNGHS pada semula sudah terungkap. Sebagai wujud kepedulian terhadap alam di Gunung Salak, tim SAR gabungan akan melakukan penanaman kembali dengan bibit-bibit tanaman.Hal ini seperti diberitakan oleh Tribunnews.com yang mengutip pernyataan Dandim Kabupaten Bogor, Letkol Mukhlis di Pasir Pogor, Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/5/2012). "Saat membuat landasan ada pohon yang ditebang di puncak sana, itu harus kita ganti, sehingga dengan kegiatan ini tidak boleh ada yang rusak," Ungkap Letkol Mukhlish (Baca Tribunnews.com: “ TNI Tanam Pohon di Puncak Gunung Salak)

Penanaman pohon hendaknya memperhatikan peraturan reboisasi atau rehabilitasi kawasan Taman Nasional. Di Kawasan Nasional jenis bibit untuk penanaman disarankan harus berasal dari jenis lokal (asli) setempat atau jenis asli ekosistem Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Hal ini penting dilakukan agar fungsi dan keberadaan kawasan TNGHS tidak berubah. Penanaman jenis pohon baru apalgi berasal dari luar ekosistem TNGHS justru bisa merusak struktur, komposisi dan keakeragaman hayati yang ada. Seperti yang pernah terjadi di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP), saat ini sudah banyak ditemui jenis invasive species yang mendominasi kawasan. Jenis tumbuhan invasive ini mengubah struktur dan komposisi jenis vegetasi sehingga mengganggu kehidupan satwa dan vegetasi lain yang hidup sebelumnya.

Seperti yang dilansir oleh detik.com, bahwa TNI siap menghijaukan kawasan helipad dengan 60 bibit pohon trembesi (Baca Detik.com: Jika Evakuasi Usai, TNI siap Hijaukan Lagi Helipad di Gunung Salak )

Selama ini rehabilitasi kawasan TNGHS, pohon yang direkomendasikan berasal dari jenis pohon Puspa (Schima wallichii) dan Rasamala (Altingia excelsa Noronha). Karakteristik pohon Puspa bisa di ihat dan Rasamala bisa simak di link berikut :

Puspa http://id.wikipedia.org/wiki/Puspa_(kayu) Rasamala http://id.wikipedia.org/wiki/Rasamala

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun