Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puasa, Antara Terpaksa, Dipaksa dan Lemah Mental

2 April 2022   22:19 Diperbarui: 2 April 2022   22:19 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock/Odua Images 

Bagaimana kabar Anda hari ini? Bagaimana puasa Anda pada hari pertama? Atau bagi yang puasa besok hari Minggu (3/4), apa persiapan Anda memasuki bulan yang kehadirannya disambut dengan ucapan Marhaban ya Ramadhan?

Kadang saya menertawakan diri sendiri karena sok ikut-ikutan menyambut bulan Ramadhan. "Marhaban ya Ramadhan, Marhaban ya Syahra al-Shiyaam." Padahal, aslinya, hati saya berkata, "Wah, esok pagi tidak bisa ngopi seperti hari sebelumnya."

Lebih tepat hati saya nggrundel. Jujur saja, sebagai manusia normal, yang memiliki hawa nafsu, yang merasakan nikmatnya minum kopi di pagi hari, saya merasa ada ritual yang harus ditunda. 

Kalau saya ditanya, "Jadi, Sampean terpaksa dong menjalani puasa Ramadhan?" 

Jawaban saya jujur, "Iya. Terpaksa."

"Apa gunanya berpuasa kalau hati Sampean tidak ikhlas?"

"Ini bukan saya ikhlas atau tidak ikhlas."

"Lha jelas terpaksa kok mau bilang ikhlas berpuasa?"

"Saya terpaksa berpuasa, bukan saya tidak ikhlas berpuasa."

"Apa bedanya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun