Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Semoga "New Normal" Tidak Makin "New-Sahin" Masyarakat

30 Mei 2020   12:51 Diperbarui: 30 Mei 2020   20:01 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi new normal (SHUTTERSTOCK/INTERSTID) via Kompas.com

Stereotipe dan stigma tersebut bekerja secara sepihak karena masyarakat adalah obyek yang dibina, diimbau, diarahkan, didisiplinkan. TNI/Polri menjadi subjek yang ditugasi pemerintah.

Dan tiga hari usai lebaran Idul Fitri, pagi hari saya mengatarkan istri belanja ke Pasar Citra Niaga Jombang. Pukul 05.30 jalan di sebelah utara pasar hingga perempatan sebelah utara padat. Bukan hanya macet tapi mampet.  

Saya perhatikan sebagian besar penjual, pembeli dan warga yang melintas mengenakan masker. Saya tidak tahu Jombang telah bersiap memasuki new normal atau masih "old normal".

Yang saya tahu, hingga tulisan ini saya ketik, sesuai data dari Dinas Kesehatan Jombang, pasien positif Covid 19 berjumlah 41 orang. Angka ini bukan soal banyak atau sedikit. Langkah antisipasi yang taktis strategis, tepat guna, dan daya guna sangat dibutuhkan.

Faktanya, pasar yang menjadi "akar rumput" kegiatan ekonomi belum atau memang tidak disentuh. Pemandangan pagi hari di Pasar Citra Niaga membuat perasaan saya miris.

Selain memasang spanduk imbauan menggunakan masker belum terlihat upaya nyata, misalnya menata jarak antar lapak pedagang. 

Alih-alih garang ketika membubarkan warung kopi di malam hari, petugas Satpol PP mestinya bisa menyampaikan edukasi secara persuasif di tengah kerumunan warga pasar.

"Bapak Ibu, monggo berbelanja sambil tetap jaga jarak."
"Mbah, maskernya dipakai ya."
"Sampai di rumah jangan lupa langsung cuci tangan!"
"Mbak Yu mana maskernya?"
"Ini masker gratis, silakan dipakai."

Daripada merancang program yang "enggak-enggak", yang "peduli-peduli" lebih baik langsung terjun ke masyarakat untuk menyampaikan edukasi secara konsisten, masif dan persuasif.

Kurang apa masyarakat kita. Mereka menjaga keamanan dan keselamatan lingkungan secara mandiri dan kreatif. Dari memasang hantu pocong, kuntilanak, portal di setiap pintu masuk hingga imbauan berukuran besar tertulis di depan gapura masuk desa.

Bukan oleh apa atau siapa disiplin ditegakkan, melainkan bagaimana ia ditegakkan. Komunikasi publik yang persuasif dan konsisten adalah kunci membangun kebersamaan di tengah pandemi maupun situasi new normal. Silakan pemerintah melibatkan berapa pun jumlah TNI/Polri, namun kuncinya adalah enforcement dan konsistensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun