Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pra-Ramadan dan Ilmu "Empan Papan"

20 April 2020   23:21 Diperbarui: 22 April 2020   18:18 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: KOMPAS.com/MAJT

Ternyata, Diri yang dimaksud bukan diri materi, diri tumbuhan, dan diri hewan, melainkan "diri manusia". Ya, kita menjumpai diri kita kembali sebagai manusia---yang selama ini tergerus menjadi diri materi, diri tumbuhan, dan diri hewan.

Yang telah menemukan dirinya sebagai manusia akan melihat dan memperlakukan orang lain sebagai manusia juga. Sama-sama manusia. Dua manusia akan saling memanusiakan, saling memuliakan, saling menjaga harga diri dan martabatnya.

Transformasi Kesadaran Aji, Ngaji, Ngajeni

Kesadaran Diri manusia bertemu dengan Diri manusia akan melahirkan sikap ngajeni. Saya tidak tahu persis apa bahasa Indonesia dari ukara "ngajeni". Kata dasarnya, aji. Kata yang dekat untuk memotret maknanya adalah mulia, berharga, luhur. Yang kita semua kenal adalah Aji Santoso.

Aji yang diproses melalui laku pembekalan diri namanya ngaji. Nilai manfaat ngaji baru sebatas prestasi individu. Adapun perilaku ngaji yang ditransformasi untuk manfaat kehidupan komunal, sosial, atau bahkan lebih luas lagi disebut ngajeni.

Transformasi aji, ngaji, ngajeni tidak hanya berlaku secara individual, melainkan berlangsung pula dalam kehidupan bilik-bilik sosial, organisasi, ormas, partai politik bahkan antar sesama pemeluk agama.

Maka, pada konteks transformasi itu, NU dan Muhammadiyah semoga tetap mesra sebagai organisasi masyarakat yang sama-sama menaungi manusia, sehingga tidak perlu berdebat siapa yang paling shahih pendapatnya saat menentukan awal Ramadhan dan 1 Syawal.

Apabila setiap agen sejarah dan para pelakunya telah menemukan "akar" manusianya---berkat "jasa baik" Corona---kehidupan pra-Ramadhan akan mengantarkan kita memasuki gerbang bulan ampunan dengan suasana yang bukan hanya berbeda, namun benar-benar baru.

Kita lahir kembali sebagai manusia. Kita pun menjalani puasa karena Tuhan memanggil kita sebagai manusia yang beriman.

Mukmin artinya manusia yang mengamankan orang lain dan lingkungannya. Ketika shalat lima waktu, tarawih, tadarus, berzakat, berinfaq dan bersedekah dijalankan dengan cara yang menjamin keamanan lingkungkan dan orang di sekitarnya sesuai koteks situasi kekinian.

Kita mengupayakan keamanan diri di depan Tuhan, sekaligus menjamin keamanan lingkungan serta orang-orang di sekitar kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun