Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Manusia yang Mengamankan Nyawa Keselamatan Orang Lain

29 Maret 2020   00:51 Diperbarui: 29 Maret 2020   08:49 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana gerbang Perumahan Pulo Asri Jombang. Terpasang fasilitas penyemprotan desinfektan yang bisa dimanfaatkan oleh warga masyarakat sebagai upaya pencegahan terhadap penyebaran virus Korona. Foto: Dok. Pribadi

Mengapa mudlorot? Ia tidak menghitung konteks di mana keimanan yang diaplikasikan secara tidak utuh justru menjadi "bumerang". Mudlorot ini akan merugikan diri dan masyarakatnya. 

Walaupun dilandasi oleh keyakinan akidah yang mantap, namun tidak mempedulikan keselamatan orang lain, bisa membahayakan keselamatan sesama manusia. Sikap jumawa atau besar kepala justru menjadi transmitter "virus pemikiran" yang tak kalah berbahaya.

Seimbang antara Vertikal dan Horizontal

Lantas bagaimana menemukan makna keimanan yang utuh dan seimbang antara dimensi vertikal dan horizontal?

Iman, aman, amin, mukmin memiliki akar kata yang sama. Mukmin adalah orang yang mengamankan. "Seorang mu'min (yang sempurna) yaitu orang yang manusia merasa aman darah mereka dan harta mereka dari gangguannya." (H.R. Tirmidzi dan An Nasa'i).

Ada dua aspek dasar yang diamankan oleh seorang mukmin, yakni aman darahnya dan aman hartanya. Aman darahnya berarti orang beriman tidak mengancam keselamatan nyawa orang di sekitarnya. Ia menebarkan perilaku yang mengamankan masyarakat di sekelilingnya justru karena ditopang oleh iman yang bulat dan kuat kepada Tuhannya.

Aman hartanya, artinya orang beriman adalah manusia yang amanah, dapat dipercaya, sehingga amanlah wakul kesejahteraan rakyat yang disungginya.

Keyakinan imannya tidak hanya bergerak secara vertikal, melainkan berdampak positif terhadap keberlangsungan hidup sosial secara horizontal. Kerinduannya terhadap surga di akhirat menjadi energi perilaku yang digunakan untuk mengupayakan kebahagiaan surga di dunia yang aman, damai dan sejahtera.

Surga di dunia tidak harus berskala global internasional. Surga kebahagiaan yang aman, damai dan sejahtera bisa diupayakan dalam skala kecil, mulai keluarga, Rukun Tetangga (RT/RW) hingga desa.

Dalam situasi seperti ini, seyogianya kita menjadi mukmin yang mengamankan "nyawa kesehatan" diri sendiri, keluarga serta orang-orang di sekitar kita.

Antivirus SARS-Cov-2 memang belum ditemukan. Namun, sebagai seorang mukmin kita memiliki keyakinan Tuhan pasti menolong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun