Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Halalbihalal, Harambihalal, Atau Harambiharam?

8 Juni 2019   05:04 Diperbarui: 8 Juni 2019   05:29 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto: Shutterstock

Walaupun pada perspektif yang lain, rakyat kecil, kaum pinggiran yang menerima perlakuan "haram" terus bertahan hidup dengan bekerja serabutan dan seadanya. Daya hidup mereka cukup tinggi berkat kesanggupan mengelola ketidakdilan yang "haram" menjadi nilai kebijaksanaan yang "halal". Mereka mengalami langsung adegan haram bihalal.

Lalu, mampukah saya mengikis egoisme halalbihalal sebagai keuntungan sepihak sementara yang sesungguhnya terjadi adalah halalbiharam dan harambihalal? Bagaimana saya menjamin bahwa upacara halalbihalal tidak sekadar formalisme acara tahunan sementara sudah saya siapkan rancangan, skema, skenario liberalisme, kapitalisme, sopo siro sopo ingsun untuk tali temali kekuasaan yang setiap ujungnya berada di genggaman tangan saya?

Susah benar saya mengunyah makanan halalbihalal ini. Saya kembali teringat kawan saya. Ia pernah memberi nasihat. "Lulus menjadi manusia itu tidak gampang," katanya. "Tapi kita terlanjur berani memakai baju kebanggaan sebagai pemimpin atau apa saja yang ternyata berakhir dengan kepedihan haram biharam."[]

Jagalan, 8 Juni 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun