Mohon tunggu...
Achmad Zulfikar
Achmad Zulfikar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Data, Bola, Astrofisika

Penggemar sepak bola dan NBA. Sedang mendalami data science dan data analysis.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pemain Asing di Indonesia Dulu, Kini, dan Nanti

5 Oktober 2021   13:17 Diperbarui: 5 Oktober 2021   13:20 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Michael Essien dan Carlton Cole, dua pemain asing mewah yang mengubah peta pemain asing di Indonesia.  (photo : indonesiaexpat.id)

Sebagai pecinta sepak bola Indonesia, mengamati perubahan pemain asing dari tahun ke tahun bisa dibilang menjadi pengalaman yang menarik bagi saya. 

Ketika pertama kali dikenalkan dengan dunia sepak bola, saya terpesona terhadap gaya main trio latin Persik Kediri; Danilo Fernando, Ronald Fagundez, dan Cristian Gonzales dalam mengacak-acak pertahanan lawan.

 Di tim yang berbeda dengan gaya main yang jauh berbeda pula dari trio latin, Keith “Kayamba” Gumbs juga tampil memukau bersama Sriwijaya FC dan berhasil membawa Laskar Wong Kito meraih dua gelar juara sekaligus dalam semusim, Liga Indonesia dan Copa Indonesia.

 Dua tahun berselang, giliran duo Singapura, Noh Alam Shah dan Muhammad Ridhuan yang berhasil memincut perhatian saya dengan nyetelnya mereka terhadap gaya main ‘ngeyel’ ala Arema. Hasilnya, mereka berhasil menghantarkan Singo Edan menjadi juara liga.

Dari tahun ke tahun, selalu ada yang unik ketika mengamati peredaran pemain asing di Indonesia. Yang paling unik mungkin adalah ketika kebijakan Marquee Player muncul di tahun 2017. 

Kala itu, Persib Bandung yang berhasil mendatangkan dua mantan bintang liga Inggris, Michael Essien serta Carlton Cole, memicu PT Liga mengadaptasi kebijakan mereka. 

Yang awalnya hanya memperbolehkan tiga pemain asing bebas dan satu pemain asing asal Asia, PT Liga memperbolehkan satu lagi pemain asing masuk, dengan syarat pemain tersebut harus pernah memiliki pengalaman bermain di liga top Eropa.

Sayangnya, banyak tim yang menjadikan kebijakan tersebut sebagai alasan untuk menambah satu pemain asing lagi. 

Banyak perekrutan yang dilakukan dengan hanya mempertimbangkan yang penting pernah membela tim dari liga top Eropa, tanpa mempedulikan pemain tersebut benar-benar mempunyai pengalaman atau hanya menjadi penghangat bangku cadangan. 

Alhasil, nama-nama seperti Jose Coelho atau Juan Pablo Pino pun didapuk sebagai Marquee Player meskipun kualitasnya tidak jauh berbeda dari pemain asing biasanya. Kebijakan ini pun akhirnya dihentikan setelah hanya satu musim berjalan.

Namun, empat tahun setelah kebijakan tersebut dihentikan, tepatnya satu bulan setelah Liga 1 2021 berjalan, saya baru menyadari, kebijakan yang hanya berjalan selama satu musim tersebut ternyata berdampak besar terhadap perubahan peta persebaran asal negara dari pemain asing. 

Yang paling terlihat dampak dari perubahan tersebut adalah distribusi pemain asing asal Afrika. 

Sebelum era kebijakan Marquee Player, saya berani menyebut bahwa setiap tim di liga Indonesia mempunyai setidaknya satu pemain asing asal Afrika. Bahkan, ketika tim dari divisi bawah pertama kali naik kasta, pemain asing pertama yang dicari hampir selalu berasal dari Afrika.

Bagaimana tidak, prospek pemain asal Afrika di Indonesia memang bisa terbilang cukup terang. Iklim tropis di kampung halaman mereka yang mirip dengan di Indonesia membuat adaptasi terhadap cuaca jauh lebih cepat dibanding dengan pemain asing lain dari daerah non tropis. 

Hal ini berpengaruh cukup signifikan, karena perekrutan pemain asing sebelum era Marquee Player masih banyak menggunakan sistem seleksi, sehingga pemain asing yang mampu beradaptasi secara cepat terhadap lingkungan di Indonesia selama proses seleksi lah yang biasanya dikontrak oleh tim. 

Selain itu, kurs mata uang serta kualitas liga yang bisa dibilang sama atau lebih rendah daripada di Indonesia membuat harga pemain juga jauh lebih murah. 

Oleh karena itulah banyak pemain asing asal Afrika yang dapat meraih kesuksesan di Indonesia, seperti Keith ‘Kayamba’ Gumbs atau Greg Ngwokolo yang saat ini berstatus warga negara Indonesia.

Namun, pemain asal Afrika yang saat ini bermain di Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis, bahkan jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Saat ini, nama yang terus konsisten di liga Indonesia adalah Ezechiel N’Douassel. 

Kapten tim nasional Chad ini total sudah merumput selama empat tahun di Indonesia. Sebelum N’Douassel juga ada nama lain seperti Makan Konate yang sayingnya telah memutuskan pindah ketika liga berhenti akibat virus Covid-19. Akan tetapi, sisa pemain Afrika lainnya mungkin baru merasakan musim pertama mereka di Indonesia.

Jumlah yang menurun drastis tersebut justru berbanding terbalik dengan jumlah pemain asal Eropa yang datang. Hal ini bisa dibilang merupakan akibat langsung yang ditimbulkan kebijakan Marquee Player. 

Para pencari pemain dari masing-masing tim yang awalnya hanya fokus di kawasan Asia, Afrika, dan mungkin Amerika Latin saja, meluaskan jangkauannya ke kawasan Eropa. 

Kesuksesan pemain-pemain seperti Wiljan Pluim, Marc Klok, hingga Marco Simic pun merupakan testimoni yang meyakinkan bagi tim untuk mengalihkan perhatian mereka ke benua biru. 

Sayangnya, karena lingkungan Indonesia yang jauh berbeda dari tempat mereka berasal membuat adaptasi lingkungan menjadi sulit dilakukan, sehingga banyak pemain yang hanya bertahan selama satu musim saja sebelum hengkang dari Indonesia. 

Namun hal tersebut tidak menghalangi tim untuk bereksperimen dalam mendatangkan pemain asing asal Eropa. Saat ini, hampir tiap tim memiliki pemain asing asal Eropa.

Selain pemain asal Afrika dan Eropa, yang jelas mengalami perubahan lainnya adalah pemain asal Amerika Latin. 

Dalam kasus ini, pemain asal Brazil lah yang menjadi primadonanya. Berasal dari negara tropis, lihai dalam mengolah bola, memiliki kecepatan dan insting mencetak gol yang ganas, serta mentalitas pemenang yang mandarah daging dalam tubuh mereka membuat pemain asal Brazil digemari oleh tim-tim di Indonesia. Namun, membludaknya pemain asal Brazil tidak diikuti oleh pemain asal negara Amerika Latin lainnya. 

Bisa jadi, untuk masalah pemain asal Amerika Latin, tim-tim tidak ingin mengambil resiko dengan mencoba pemain dari negara lain, sementara banyak pemain asal Brazil sudah menunjukkan kualitasnya di dunia pesepakbolaan Indonesia. Dengan demikian, kesempatan munculnya pemain-pemain berkualitas seperti Cristian Gonzales, Ronald Fagundez, atau Cristian Carrasco pun cukup tertutup.

Bagaimana dengan pemain asal Asia? Tidak banyak perubahan yang terjadi. Pemain asal Korea Selatan dan Jepang masih mendominasi, dengan minoritas pemain dari negara-negara Asia Tengah seperti Uzbekiztan menghiasi sepak bola Indonesia. Sebenarnya, pengambilan pemain dari negara Asia Tengah ini patut dipertanyakan, mengingat selain faktor lingkungan yang sangat berbeda dari Indonesia, gaya bermain yang lebih lambat membuat pemain tidak dapat mengembangkan permainan mereka. Tercatat, Tira Persikabo adalah tim yang selalu konsisten menggunakan jasa pemain yang berasal dari kawasan Asia Tengah selama empat musim terakhir, meskipun performanya bisa dibilang tidak memuaskan, sehingga mereka hanya bertahan selama semusim saja sebelum hengkang dari Indonesia.

Namun jika berbicara tentang pemain Asia, sejujurnya saya merindukan kedatangan pemain dari negara, tetangga seperti kala Safee Sali memperkuat Pelita Jaya atau Noh Alam Shah yang mampu tampil ganas Bersama Arema. 

Kehadiran pemain dari negara rival tersebut berdampak cukup positif dalam memacu semangat pemain lokal untuk mengembangkan potensi mereka. 

Akan tetapi, kompetisi di negara tetangga yang makin berkembang membuat para pemain yang berasal dari Asia Tenggara memutuskan destinasi baru sebagai tempat mencari pengalaman. 

Saat ini, negara yang populer di kalangan pemain asal Asia Tenggara mungkin adalah Thailand, meskipun banyak pemain yang memilih destinasi yang lebih jauh seperti Jepang, Korea Selatan, atau negara-negara di kawasan Eropa.

Lantas, bagaimana peta pemain asing di Indonesia ke depannya? 

Hal ini dapat diprediksi dari pergerakan tiga tim besar selama lima tahun terakhir, yakni Bali United, Persib Bandung, dan Persija Jakarta. 

Keberhasilan Persib mendatangkan bintang besar sekaliber Michael Essien pada tahun 2017 benar-benar merupakan sarana tercepat dalam mempromosikan tim ke pasar dunia. 

Keberhasilan tersebut diikuti oleh Persija Jakarta yang musim ini diperkuat oleh mantan pemain Juventus, Marco Motta serta Marco Simic yang memiliki koneksi terhadap beberapa pemain Kroasia yang berlaga di level atas Eropa. 

Inilah prediksi yang mungkin terjadi dalam perekrutan pemain asing di beberapa tahun mendatang. Tim-tim akan berusaha merekrut pemain kelas dunia demi mempromosikan tim mereka di kancah Asia, atau bahkan dunia.

Akan tetapi, tidak semua tim mampu secara finansial dalam mendatangkan bintang kelas dunia. Satu-satunya tim yang dapat menggaet bintang kelas dunia selain kedua tim yang telah disebutkan tadi mungkin adalah Bali United. 

Keberhasilan Bali United dalam melepas saham mereka ke publik pada tahun 2019 membuat keuangan tim stabil, bahkan meningkat dalam beberapa tahun ke depan. 

Dengan kondisi keuangan tersebut, pilihan pemain berkualitas yang dapat didatangkan Bali United juga akan semakin banyak, yang mana mampu membantu memasarkan nama tim mereka ke ranah yang lebih luas. Langkah ini sempat ingin diikuti oleh beberapa tim, yang sayangnya tertunda akibat Covid-19.

Akan tetapi, yang perlu diingat, ini hanyalah prediksi. Apapun dapat terjadi dalam beberapa tahun mendatang. Karena itulah di awal saya menyebutkan, mengamati perubahan pemain asing dari tahun ke tahun merupakan pengalaman yang menarik, dan saya akan menikmatinya untuk tahun-tahun mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun