Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kisah tentang Pelestarian Artefak Film, Karya, dan Nama yang Terukir dalam Sejarah Film Nasional

11 Mei 2022   12:30 Diperbarui: 11 Mei 2022   12:33 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pameran Boeng Usmar Ismail (Dia.Lo.Gue)

Pernahkah terbayang di benak Kompasianer, ada nama atau karya kita yang tetap eksis 50 tahun lagi? 

Inilah yang disebut mencetak sejarah.

Sebagai bagian dari milenial yang terlanjur jatuh cinta dengan film Indonesia, penulis tak mengenal nama Usmar Ismail enam tahun yang lalu. Sejak kemunculan restorasi film "Tiga Dara", nama dari pejuang perfilman Indonesia ini mencuat di tengah generasi milenial dan gen Z. Dengan segala kondisi pasca kemerdekaan sampai kini; artefak, karya, dan nama Usmar Ismail masih hidup beserta masing-masing kisah dibaliknya yang jadi catatan sejarah.

Tak ada yang namanya film lama, hanya ada film yang diproduksi lebih dulu. Sebagian adegan filmnya masih menempel dalam ingatan Engel Tanzil yang ternyata merupakan penggemar dari sosok Usmar Ismail. Latar cerita dalam film yang dibuat Boeng Usmar Ismail nyatanya tak mau pergi dari benaknya, filmnya akan selalu ada sepanjang masa.

Terinspirasi dari ingatan itu, Engel Tanzil mulai apresiasi sosok Usmar Ismail dengan mewujudkan Pameran Boeng Usmar Ismail dalam Sinema Indonesia. Ia tak sendiri, pameran di Dia.Lo.Gue Artspace tersebut didukung oleh Museum Penerangan, KemDikBud RI, Omah Otara, dan Usmar Ismail Cinema Society. Penulis yang tergabung dalam komunitas film KOMiK mendapat undangan untuk hadir dalam penutupan pameran sekaligus dialog budaya dengan sosok-sosok yang masih peduli terhadap sejarah film Indonesia.

Pameran Boeng Usmar Ismail berhasil menyusun lembaran foto hitam putih yang bernyawa. Kertas-kertas sinopsis, skenario, surat kontrak kerja, dan kliping majalah juga tersaji di dalam meja panjang. Ajaib! Hasil mesin tik atau tulisan tangan secara manual masih bisa terbaca sampai sekarang. Beberapa cetak sablon promo film pun dipajang untuk salah satu spot pameran yang instagramable. Daftar film karya Usmar Ismail dalam rentang tahun yang beda ditempel memenuhi sekeliling pameran. Semua ini bagai harta karun nan berharga dalam sejarah film nasional yang tak ternilai.

Koleksi artefak film dan karya dari Usmar Ismail bukan sekadar pajangan. Selalu ada pelajaran dari masa lalu yang bisa dipetik untuk masa kini. Penulis sempat merinding saat mengunjungi pameran dua kali. Penulis paling suka saat berada di ruang audio visual sebab bisa melihat dan mendengar langsung seperti apa sosok Usmar Ismail dari opini orang-orang terdekat disekelilingnya.

Para pembicara yang hadir dalam Dialogue Budaya
Para pembicara yang hadir dalam Dialogue Budaya "Pelestarian Artefak Film dan Seni Budaya" (dok. KOMiK)

Sejarah film Indonesia yang lawas begitu diperlakukan pantas. Deddy Otara selaku kolektor artefak film begitu tergerak untuk berkarya. Dari buku Tjitra karya Usmar Ismail, Ia menerjemahkan seperti apa pemikiran hebat yang mengawang dalam imajinasi pembacanya. Pameran Boeng Usmar Ismail pun dimaknai lebih luas tentang film, tokoh, buku, sejarah, dan proses berkarya dalam lintas generasi.

Bidikan dari keluarga almarhum H. Usmar Ismail ternyata belum semua dikeluarkan. Masih ada warisan yang tersisa dan belum ditampilkan dalam pameran. Mulai dari meja kerja Usmar Ismail, kaset film yang tersimpan rapi dalam lemari, dan tulisan tangan terkait sinopsis atau skenario baru yang belum sempat diproduksi maupun tayang via layar lebar. "Semua itu bisa membuat jeli dalam melihat dan mengenal Usmar Ismail lebih dekat nantinya" ujar Badai Saelan dan Nadia Radinka selaku cucu dari Usmar Ismail.

Yuri Arief Waspodo dari Museum Penerangan KemKomInfo tak mau ketinggalan bercerita tentang pelestarian artefak film. Ia mengapresiasi Pameran Boeng Usmar Ismail yang telah menghangatkan hubungan dan membuka pintu kolaborasi antar museum, komunitas, sineas, dan energi kebaikan lain yang membangkitkan nyawa industri perfilman. Tak sekadar jadi titik temu, semua tertular mindset positif yang sama bahwa sosok Usmar Ismail memang layak dijadikan pahlawan nasional.

Penulis jadi ingin mengoleksi sobekan tiket bioskop dari film-film Indonesia yang pernah ditonton. Konon, arsip film dalam bentuk kertas atau lembar foto yang tersisa tidak boleh dilaminating, dilakban, dan hanya diberi merica maupun daun teh untuk merawat koleksi yang mudah lapuk serta  rapuh. Siapa tahu penulis bisa bikin pameran vintage ke depan dari koleksi yang dipunya.

Sudut Pameran Boeng Usmar Ismail yang diapresiasi komunitas film, sineas, desainer, arsitek, dan figur publik lain (dokpri) 
Sudut Pameran Boeng Usmar Ismail yang diapresiasi komunitas film, sineas, desainer, arsitek, dan figur publik lain (dokpri) 

Kini, Pameran Boeng Usmar Ismail sudah usai. Tapi, Kompasianer masih bisa mengulik sejarah film Indonesia melalui buku biografi yang diterbitkan KemDikBud RI atau mengunjungi langsung Museum Penerangan di Taman Mini Indonesia Indah. Perlakukan sejarah seperti para pendahulu kita yang pernah melalui pada masanya. Kita tak pernah tahu bila ke depan, justru kita yang bisa mencetak sejarah itu sendiri hingga bisa diangkat dalam pameran budaya seperti ini.

Terima kasih pada gelap yang memberi kesempatan sinar terang menyala dengan begitu indah. Layaknya Pameran Boeng Usmar Ismail yang berakhir dengan penuh kesan sangat baik sejauh mata memandang para pengunjungnya. Semangatlah, film Indonesia dan generasi penerus Usmar Ismail berikutnya demi film yang lestari sampai anak dan cucu nanti!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun