Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indonesia Semangat Dunia pada Pameran Seni di Galeri Nasional

29 Agustus 2018   01:33 Diperbarui: 29 Agustus 2018   01:51 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengunjung bebas mengabadikan momen selama disana. Hanya saja tidak diperbolehkan menggunakan cahaya kamera atau blitz yang menyala. Satu per satu aku mulai melihat karya seni yang dipamerkan dengan begitu takjub. Ternyata ada 3 garis besar yang dirumuskan dalam pengelompokkan karya pada pameran tahun ini, yaitu:

1. Perjuangan Bangsa yang Bersatu dalam Keragaman

Perjuangan kemerdekaan Indonesia seringkali dilukiskan dalam lukisan sejarah yang menggambarkan kisah perjuangan pada masa Perang Revolusi (1945-1949), seperti yang dapat dilihat oleh pengunjung pada lukisan Tak Seorang Berniat Pulang, Walau Maut Menanti (1963), Potret Panglima Besar Jenderal Sudirman (1954), dan Patung Pejuang Soviet Sang Pembebas (1956).

Lukisan karya Rustamadji menggunakan cat minyak pada kanvas berukuran 137 x 296 cm (dok. pribadi)
Lukisan karya Rustamadji menggunakan cat minyak pada kanvas berukuran 137 x 296 cm (dok. pribadi)
Potret Jenderal Sudirman karya Joes Soepadyo menggunakan cat minyak pada kanvas berukuran 77 x 58,5 cm (dok. pribadi)
Potret Jenderal Sudirman karya Joes Soepadyo menggunakan cat minyak pada kanvas berukuran 77 x 58,5 cm (dok. pribadi)
Patung Pejuang Soviet, Sang Pembebas (karya Pematung Soviet Yevgeny Vuchetich) berbahan perunggu dengan tinggi 82 cm (dok. pribadi)
Patung Pejuang Soviet, Sang Pembebas (karya Pematung Soviet Yevgeny Vuchetich) berbahan perunggu dengan tinggi 82 cm (dok. pribadi)
Mitos dan legenda terkadang juga digunakan untuk mengekspresikan perjuangan kemerdekaan, sebagaimana pengunjung dapat melihat dalam lukisan kisah perkelahian antara Rahwana dan Jatayu memperebutkan Sinta. Rahwana menjadi lambang kolonialisme oleh para penjajah.

Walau banyak muncul intrepretasi bahwa binatang-binatang yang digambarkan Raden Saleh dimaksudkan sebagai pernyataan patriotisme nasionalnya, namun perjuangan lelaki Badawi dalam lukisan Perkelahian dengan Singa (1870) sepertinya lebih memperlihatkan semangat perjuangan pribadinya mempertahankan hidup.

Lukisan karya Basuki Abdullah dengan cat minyak pada kanvas berukuran 157 x 120 cm (dok. pribadi)
Lukisan karya Basuki Abdullah dengan cat minyak pada kanvas berukuran 157 x 120 cm (dok. pribadi)
Lukisan Perkelahian dengan Singa karya Raden Saleh dengan cat minyak pada kanvas berukuran 194 x 271 cm (dok. pribadi)
Lukisan Perkelahian dengan Singa karya Raden Saleh dengan cat minyak pada kanvas berukuran 194 x 271 cm (dok. pribadi)
2. Bergotong Royong, Bersama Bercipta Karya

Tradisi kehidupan bermasyarakat di Indonesia tidak lepas dari semangat yang dikenal dengan gotong royong. Di seluruh Indonesia, rakyat bekerja gotong royong, bahu membahu untuk membuahkan hasil yang lebih besar dibandingkan bekerja secara individu tanpa ada kerja sama satu sama lain.

Di dunia modern, karya cipta memang seringkali merupakan buah tangan individual. Namun, kesuksesan produksi dan distribusi ditentukan seberapa baik upaya kerja sama pihak-pihak yang dibutuhkan untuk ikut terlibat di dalamnya. Kita menjunjung hak cipta, namun gotong royong dan kerja sama tetap diperlukan untuk mendukung keberhasilan cipta karya yang sebaik-baiknya. Semua hal itu tercermin dalam karya seni di bawah ini:

Lukisan Sarinah (karya Wiwiek Soemitro) dan Lukisan Wage Rudolf Supratman (karya Karyono Js.) (dok. pribadi)
Lukisan Sarinah (karya Wiwiek Soemitro) dan Lukisan Wage Rudolf Supratman (karya Karyono Js.) (dok. pribadi)
Lukisan karya Hendra Gunawan dengan cat minyak pada kanvas berukuran 135 x 200 cm (dok. pribadi)
Lukisan karya Hendra Gunawan dengan cat minyak pada kanvas berukuran 135 x 200 cm (dok. pribadi)
Lukisan Legong Wiranata karya Agus Djayasuminta dengan cat minyak pada kayu berukuran 103 x 83 cm (dok. pribadi)
Lukisan Legong Wiranata karya Agus Djayasuminta dengan cat minyak pada kayu berukuran 103 x 83 cm (dok. pribadi)
Lukisan Perempuan Berbusana Wayang Tiongkok karya Basoeki Abdullah (dok. pribadi)
Lukisan Perempuan Berbusana Wayang Tiongkok karya Basoeki Abdullah (dok. pribadi)
3. Menjadi Warga Dunia Menyongsong Masa Depan

Suatu bangsa dan negara tidak dapat lagi mengisolasikan dirinya atau merasa dirinya lebih hebat dari negara-negara lain di dunia. Mau tidak mau suatu bangsa harus melihat dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dunia global.

"Tanah air kita Indonesia hanya satu bahagian kecil saja dari pada dunia! Ingatlah akan hal ini!", seru Sukarno. Beliau juga mengingatkan bahwa Gandhi menyatakan, "kebangsaan saya adalah perikemanusiaan" (my nationalism is humanity").

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun