Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Resensi Film] Headshot dan Upaya Mengungkap Tabir Masa Lalu

16 Desember 2016   08:42 Diperbarui: 20 Desember 2016   12:55 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain itu, saat harus berkelahi didalam bus juga cukup mengganggu karena ruang gerak pemain menjadi terbatas dan terlihat tak maksimal hingga klimaks. Adegan seperti itu yang mempengaruhi tata kamera tak mampu menangkap gambar untuk lebih berani. Bahkan, angle, type shot, dan handheld style pun terlihat tak ada variasi yang berarti.

Penonton hanya diajak untuk mengikuti alur yang mudah dimengerti karena sudah bisa diprediksi. Selain itu, beberapa dialog juga terlihat janggal dan ada plot yang bolong. Tempo film dibuat begitu menyayat dengan mayat-mayat dengan mudah bergelimpangan darah. Semua cerita tampak dibuat secara kebetulan begitu saja. Timeline skenario kurang begitu kuat mengikat rangkaian adegan yang tersaji didepan mata.

Adegan hanya dipenuhi aksi brutal dan sadis. Perkelahian memang berlangsung seru dan ada beberapa efek pukulan yang membuat penonton mengilu. Namun, di akhir adegan semua terasa dejavu dan pengungkapan kisah masa lalu jati diri Ishmael yang sebenarnya tidak memiliki dampak emosional yang membawa penonton untuk menerka karena sudah tersaji dalam narasi begitu saja.

Banyak netizen membandingkan film ini dengan 'The Raid'. Tapi, bagiku 'Headshot' memiliki sisi emotionnya which is so good. Unsur laga dan romansa coba dipadu berkolaborasi, walaupun belum berada pada level mempesona yang serasi. Hal terpenting untuk film Headshot yaitu tim produksi telah mampu menunjukkan effort kualitas keseluruhan film yang layak untuk diapresiasi, tidak hanya membuktikan eksistensi di skala nasional, tetapi juga di skala internasional sebagai film yang seru.

Seperti itu contoh tulisan kritik aku. Semoga dengan aku bergabung dengan KoMik (Kompasianer Only Movie enthus(i)ast Klub), kita bisa menjangkau film-film lain untuk diapresiasi. Bahkan, kita juga bisa memproduksi dan membangkitkan kembali semangat film lokal dengan berbagai genre agar menjadi aksi inspirasi perfilman nasional*

Bersama para nominasi Piala Maya (DokPri)
Bersama para nominasi Piala Maya (DokPri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun