Madrasah memiliki peluang besar menjadi pionir gerakan hijau berbasis nilai Islam. Melalui bank sampah, guru dan siswa sama-sama belajar bahwa pendidikan sejati bukan hanya transfer pengetahuan, melainkan penanaman kesadaran --- sadar bahwa bumi ini bukan milik kita sepenuhnya, tetapi titipan yang harus dijaga.
Sebagai guru, saya sering merenung: mungkin kita terlalu sering mengajarkan teori tentang akhlak dan tanggung jawab, tapi lupa memberi ruang bagi anak-anak untuk mengalaminya. Bank sampah memberi ruang itu. Di sana mereka belajar dengan tangan, hati, dan niat. Di sanalah nilai-nilai Islam menemukan bentuk paling nyata.
Setiap kali melihat siswa datang dengan senyum sambil membawa kantong bekas, saya merasa ada harapan baru. Di tengah gempuran budaya konsumtif, mereka memilih peduli. Di tengah ketidakpastian iklim, mereka belajar menjadi bagian dari solusi.
Dari sampah yang mereka kumpulkan di bank sampah madrasah, lahir kesadaran baru: bahwa iman tidak berhenti di sajadah, dan ilmu tidak berakhir di kelas. Keduanya hidup di tangan-tangan kecil yang sedang belajar menjaga bumi.
Itulah wajah sejati pendidikan madrasah hijau --- berakar pada nilai-nilai Islam, bertumbuh di bumi yang dijaga dengan cinta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI