Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sansan

17 Februari 2018   03:01 Diperbarui: 17 Februari 2018   05:40 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tentu."

"Kakekmu yang mantan perwira tinggi itu telah menyesalkan nasibnya sebagai pahlawan. Mesin pembunuh."

"Kakek salah besar! Bukankah Kakek telah membunuh penindas-penindas bangsa negeri ini?" Sansan memunguti alat tulisnya di lantai. Memasukkannya ke kotak itu kembali. Menunjuk pada cicak yang baru melahap nyamuk. "Bukankah Kakek adalah cicak itu?"

"Kakek yang menemui ajalnya sesudah diterkam anak buahnya sendiri?"

"Barangkali."

"Apakah kau masih bermimpi jadi pahlawan?"

Sansan diam.

"Nasibmu akan setragis kakekmu. Panglima tertinggi yang mati oleh Kopral John. Bawahan yang kemudian menjadi presiden hampir setengah abad itu!" Ibu Eliana memungut buku sejarah pelajaran Sekolah Dasar kelas 6 yang tergeletak di meja belajar. Membuka halaman ke sekian. Memerlihatkan mantan potret orang pertama negeri ini yang kursi kekuasaannya dihancurkan oleh rakyatnya sendiri. "Dialah koruptor itu."

"Kakek mati karena kejujurannya sendiri. Ia tak cerdas."

"Kau juga bodoh kan?"

"Tak!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun