Mohon tunggu...
Achdiar Redy Setiawan
Achdiar Redy Setiawan Mohon Tunggu... Pembelajar pada Jurusan Akuntansi, FEB Universitas Trunojoyo Madura

Long-life learner. Interested in cultural studies, art, pyschology and spirituality-religiosity. Book, music and basketball lover

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gurunda Achsin: Sang Jembatan yang Rakus Ilmu Pengetahuan (Sebuah Obituari)

25 September 2025   15:29 Diperbarui: 25 September 2025   15:29 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

GURUNDA ACHSIN SANG JEMBATAN YANG RAKUS ILMU PENGETAHUAN (SEBUAH OBITUARI)

Achdiar Redy Setiawan*

"Ojo salah dan tertinggal lho nulis jenengku di halaman tesismu, Red". Demikian pesan penting yang meluncur dari lisan Beliau saat tesis S2 Akuntansi hendak dicetak. Sehari kemudian, ketika draf saya sodorkan (merujuk kepada dokumen di Tata Usaha Prodi), langsung Beliau menukas sembari tersenyum, "Masih ada yang kurang itu. Ubah dan print lagi sebelum kutandatangani.". Maka edisi revisi pun ditulis lengkap sebagai berikut: Dr. Dr. Mochammad Achsin, S.E., S.H., M.M., M.Kn., M. Ec. Dev, M.Si., Ak, CA, CPA.

Secara formal, Beliau adalah dosen senior di Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang. Tapi minat keilmuannya merentas bidang ilmu lain. Sebenarnya ada beberapa gelar profesi non-akademis lainnya yang saya tidak dapat tepat menuliskannya (sebut saja terkait profesi penilai, likuidator, kurator dll). Selain mengajar dan membimbing di kampusnya hingga pensiun, Beliau juga aktif berpaktik sebagai akuntan publik. Beberapa profesi lainnya juga dirambahnya, seperti auditor investigasi, penilai (valuer/appraisal), likuidator dan lainnya.

Di mata kolega, sahabat dan muridnya, Pak Achsin, demikian kami karib menyapanya, adalah figur yang haus ilmu. Passion-nya tidak berhenti di ilmu akuntansi yang menjadi core competence-nya. Jika menilik gelar akademik yang tersebut di atas, Beliau menempuh pendidikan doktoral di dua bidang ilmu: akuntansi dan hukum. Beliau juga memasuki ilmu lainnya seperti hukum, kenotariatan, psikologi, ekonomi pembangunan, manajemen dan filsafat islam. Dalam sebuah pemberitaan di media massa nasional, Pak Achsin termasuk lima besar pemegang gelar akademik dan non-akademik di Indonesia (baca: https://www.tempo.co/politik/5-orang-indonesia-dengan-gelar-akademik-terbanyak-1186350) 

Dalam berbagai kesempatan, Pak Achsin kerap menuturkan bahwa apa yang dilakoninya dengan belajar banyak hal adalah sebuah pilihan sadar. Bahwa ketika tahu tentang sebuah hal, esensinya sesungguhnya semakin banyak yang tidak diketahui. Ajaran agama yang meminta manusia menimba ilmu dari lahir hingga mangkat (minal mahdi ilal lahdi) senantiAsa dipegangnya. Baginya, tak pernah ada kata terlambat untuk belajar (apapun).

Dalam keseharian, Pak Achsin adalah jembatan lintas generasi dan golongan. Karakternya yang ramah dan mudah bergaul menjadi penghubung pelbagai kepentingan, baik di dunia kampus maupun profesi. Di UB, pria kelahiran Bojonegoro ini bisa masuk ke pelbagai elemen. Sebagai salah satu dosen yang terkategori angkatan awal (1980-an), Beliau berkomunikasi dengan baik ke para guru senior. Kepada dosen angkatan 1990-an dan 2000-an pun Beliau dengan lincah bercengkerama. Dengan kalangan tenaga kependidikan pun beliau sangat mudah membaur.

Tatkala terjadi dinamika di kampus UB (terutama di Jurusan Akuntansi dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis), kehadiran Pak Achsin senantiasa dinanti. Salah satu contoh ialah tatkala sekitar 2000an-2010an muncul diskursus akademik tentang Akuntansi Multiparadigma di dunia persilatan akuntansi (jenama ‘Multiparadigma’ kemudian menjadi penciri UB hingga saat ini), Pak Achsin mampu berkomunikasi dengan akademisi yang pro maupun kontra dengan baik. Baginya, multiparadigma adalah ikhtiar pencarian kebenaran ilmu pengetahuan (akuntansi) yang harus sama-sama diberikan kesempatan hidup dan berkembang (mutually inclusive). Setiap insan akademik sama-sama bisa menggunakan, tergantung tujuan riset dan asumsi yang diusung.

Kehadiran terma multiparadigma ini pada perjalanan sejarah berikutnya memberi ruang yang lebih lega pada pengembangan ilmu. Akuntansi menjadi lebih berwarna. Tidak hanya berporos pada satu paradigma mainstream (positivis atau pendekatan kuantitatif), tapi juga menerima perspektif lainnya seperti interpretivis, kritis, posmodernis hingga religius. Akuntansi juga bisa didekati dengan dimensi kelimuan lain. Akuntansi bisa kawin dengan ilmu hukum, sosiologi, psikologi, sejarah, linguistik hingga ilmu agama. Pak Achsin adalah manusia di balik layar yang bergerak dalam sunyi untuk mendukung multiparadigma ini eksis hingga kiwari.

Tidak hanya berwacana, Pak.Achsin memberikan dukungan kongkrit saat menuliskan disertasinya pada Program Doktor Ilmu Akuntansi (PDIA) UB. Beliau mengangkat topik tentang visum akuntansi forensik sebagai bukti dalam perkara tindak pidana korupsi. Beliau mencoba mengeksplorasi dan mengintegrasikan ilmu akuntansi dan pengauditan dengan ilmu hukum (pidana). Hasil risetnya menyumbang kontribusi untuk memperkaya khazanah pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia.

Selain urusan akademik, pada urusan pengelolaan kampus pun, Beliau juga adalah sosok yang disegani semua kalangan. Apabila terjadi dinamika yang bernuansa konflik, Beliau menembus sekat-sekat komunikasi untuk pencarian solusi. Meski kesibukannya tergolong tinggi (lintas profesi dan lintas kota) setiap pekannya, ketika almamaternya memanggil, Pak Achsin berusaha hadir membawa jalan solusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun