Gerakan simbolis anti hoax oleh masyarakat dan pemblokiran media online yang dilakukan pemerintah terhadap media yang dituding penebar hoax sama sekali tidak menjamin negeri ini bebas dari kepalsuan. Karena pada kenyataannya,masyarakat elit dan masyarakat kelas bawah sudah terbelah menjadi bentuk kawan dan lawan di tingkat bawah, serta koalisi dan oposisi di tingkat elit. Realitas tersebut tidak dapat diberangus, namun tidak menutup kemungkinan untuk saling dimengerti.
Pada situasi yang seperti ini, representasi strata kaum akademisi perlu bersuara sebagai solusi dari porak porandanya kemandegan masyarakat elit dan bawah. Kali ini tawaran metode Rene Descartes dalam jargonnya Cogito ergo sum dirasa layak untuk merespon kemandegan tersebut. Makna metodis dari jargon tersebut meniscayakan setiap “aku” agar selalu berdiri sebagai peragu yang meragukan semua realitas, termasuk “aku” yang berfikir untuk dirinya sendiri. Sederhananya, bahwa kehidupan dan realitas yang melingkupinya tidak pernah sampai pada titik kepastian. Jangankan narasi dan berita, kehidupan inipun tidak pernah ada yang menjamin kepastiannya, atau jangan-jangan hidup ini juga hoax. Lalu, mungkinkah kita menolak dan memberangus hoax?Selamat berfikir..