Mohon tunggu...
Acep Muhammad Rusman
Acep Muhammad Rusman Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa. Public Relations Enthusiast.

Mahasiswa semester akhir, mengambil program studi Sains Komunikasi dengan peminatan Public Relations pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Bogor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerjaan Humas, Nyebarin Surat?

17 Mei 2019   14:59 Diperbarui: 17 Mei 2019   15:04 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

16/5/2019 -- Apa yang ada dibenak kalian ketika mendengar kata "humas"? Bagi kalian yang mungkin aktif di berbagai kegiatan organisasi, baik itu kegiatan sejak kalian ikut OSIS di SMP, sampai kuliah mungkin, pasti sering mendengar kata ini. Ya, betul. Tukang antar-antar surat. Lhoo? Itu sih katanya, atau kata kita waktu itu. Tapi apakah sampai saat ini masih beranggapan seperti itu? Jika iya, percayalah, mungkin kalian termasuk dalam kelompok dengan pemikiran konservatif, atau mungkin memang hanya belum memahami saja, semoga iya begitu.

Tidak salah sebetulnya, hanya saja kurang tepat. Kekurang tepatan yang sering kita lakukan adalah menganggap pekerjaan humas yang hanya sebagai pengantar surat semata. Sejujurnya, lebih dari itu humas memiliki peran yang dapat dikatakan termasuk penting untuk membantu menginformasikan pada seluruh stakeholder, baik itu eksternal maupun internal, dalam menyediakan informasi yang akurat dengan tujuan "ketidak-pedulian" akan suatu organisasi, perusahaan, produk dapat diatasi melalui pengetahuan dan pengertian.

Jadi seberapa penting? Menurut Cutlip dan Center dalam buku Effective Public relations yang dikutip oleh Krisyantono pada tahun 2008, peran humas diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Menunjang kegiatan manajemen dan juga untuk mewujudkan tujuan organisasi;
  2. Menciptakan komunikasi secara dua arah yang berlangsung timbal balik dengan menyebarluaskan informasi dari perusahaan kepada publik dan menyampaikan opini publik demi kepentingan umum;
  3. Melayani publik dan memberikan nasehat kepada pimpinan perusahaan untuk kepentingan umum;
  4. Membina hubungan yang harmonis antara perusahaan dan publik, baik internal maupun eksternal.

Dari peran humas yang dikemukakan oleh Cutlip dan Center tersebut, seringkali kekurang tepatan lainnya yang terjadi adalah pada program humas yang dianggap sebagai program jangka pendek. Tugas humas dijalankan ketika hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Apa maksudnya? Yaitu manakala terjadi hubungan buruk dengan masyarakat terkait hal yang dapat merugikan organisasi atau perusahaan hanya diatasi dengan penanggulangan reaktif pada saat itu saja.

Humas, singkatan dari frasa Hubungan Masyarakat, menurut Onong Uchjana adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang berencana dan berkesinambungan yang dengan itu organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadinya berupaya membina pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang ada kaitannya atau yang mungkin ada hubungan dengan jalan menilai pendapat umum diantara mereka untuk mengkorelasikan, sedapat mungkin kebijaksanaan dan tata cara mereka, yang dengan informasi yang berencana dan tersebar luas, mencapai kerjasama yang lebih produktif dan pemenuhan kepentingan bersama yang lebih efisien. (Juliansyah, 2008 :1-2).

Ada banyak pendapat para ahli mengenai definisi, peran dan fungsi humas. Jika dijabarkan satu persatu mungkin tak akan pernah cukup perkuliahan 3 SKS doang.

Oh ya, ada lagi, kekurang tepatan yang sering kali kita dengar. Apa itu?

Humas mah kerjanya ngomong doaaaaang!!

Ahhh, what the....

Jadi, ya tadi, tidak salah, hanya saja sedikit kurang tepat jika mengatakan bahwa tugas seorang humas itu hanya sebatas berbicara saja. Harus pandai bicara. Ya, memang harus, tapi tidak berhenti disitu. Seorang humas, atau bahasa keren-nya Public Relations Officer harus dapat memilki beberapa kompetensi. Kalian pernah dengar? Begini, "Anak dari jurusan apapun bisa jadi humas, tapi anak jurusan humas, belum tentu bisa jadi yang lain." Contoh: Lulusan sarjana teknik, dapat menjadi seorang humas, lalu bagaimana lulusan sarjana public relations? Apakah bisa bekerja menjadi seorang teknisi? Begitupun dengan lulusan kedokteran, dan yaaa begitu realitasnya, dokter bisa jadi humas, tapi humas tidak bisa menjadi dokter.

Jika kalian pernah baca buku "Public Relations In the Age of Disruption" karya Ketua Umum PERHUMAS Indonesia, Bapak Agung Laksamana, pada bagian pertama, kalian akan langsung disuguhkan dengan fakta tersebut. Dalam bukunya, Pak Agung Laksamana mengatakan bahwa penting bagi seorang humas untuk dapat mengerti semua aspek, mulai dari sisi bisnis hingga lini kreatif, tidak mengandalkan komunikasi semata!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun