Mohon tunggu...
Abu Nawas
Abu Nawas Mohon Tunggu... Santri IRo-Society Bertinggal di Jayapura

Hobbi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Menjadi Bijak dan Kritis di Era AI: Refleksi untuk Manusia yang Ingin Tetap Manusia

9 Juni 2025   06:00 Diperbarui: 8 Juni 2025   18:22 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Bijak berarti tidak hanya tahu bagaimana melakukan sesuatu, tetapi juga tahu kapan dan untuk apa kita melakukannya. Teknologi memberi kita banyak kemungkinan, namun tidak serta-merta menjawab kebutuhan makna. Bijak adalah keberanian untuk menyaring, memilih, bahkan menolak jika sesuatu bertentangan dengan nilai kebaikan.

Sikap bijak di era AI dimulai dari mengenali batas. Tidak semua yang bisa dilakukan harus dilakukan. Tidak semua yang mudah berarti bermanfaat. Kita perlu melatih diri untuk pause, menyusun ulang prioritas, dan menjaga kendali diri. Dalam QS. Al-Baqarah: 269, Allah berfirman: "Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, maka sungguh ia telah dianugerahi kebaikan yang banyak." Hikmah inilah yang harus menjadi bintang penuntun kita dalam memanfaatkan teknologi.

Pendidikan berperan penting dalam membentuk kebijaksanaan. Guru bukan hanya pengajar konten, tetapi penjaga nurani. Ia menunjukkan bahwa pengetahuan bukan sekadar alat untuk bekerja, tetapi juga untuk hidup secara bermakna. KH. Ahmad Dahlan pernah menegaskan bahwa pendidikan sejati adalah yang menjadikan manusia hidup untuk orang lain---bukan hanya untuk kepentingannya sendiri.

Penutup: AI Tidak Memiliki Jiwa, Tapi Manusia Masih Punya

Pada akhirnya, AI adalah alat. Canggih, cepat, dan kuat. Tapi ia tidak memiliki hati, nilai, dan tujuan. Di tangan manusialah letak arah dan makna. Maka tugas kita bukan hanya menguasai teknologi, tetapi memastikan bahwa teknologi tidak menguasai kita.

Marilah kita tetap menjadi manusia yang bertanya "mengapa" di saat dunia sibuk bertanya "apa lagi." Sebab dari sanalah hikmah lahir, dan dari situlah hidup menjadi lebih dari sekadar produktivitas---tetapi menjadi perjalan menuju kebijaksanaan.

Jayapura, 8 Juni 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun