Mohon tunggu...
Abu Nawas
Abu Nawas Mohon Tunggu... Santri IRo-Society Bertinggal di Jayapura

Hobbi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sunset dan Keikhlasan Melepas

3 Mei 2025   21:35 Diperbarui: 3 Mei 2025   17:56 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sunset di Teluk Youtefa Jayapura (Foto: Istimewa)

Matahari pun tahu kapan harus berhenti bersinar. Ia tenggelam bukan karena kalah, tapi karena tahu waktunya memberi ruang pada malam.

Sunset selalu punya cara menyentuh hati. Warnanya tak segarang siang, tapi justru di sana keindahan tercipta. Langit merah keemasan seperti lukisan alam yang dibuat tanpa suara, namun berbicara banyak hal tentang perpisahan yang anggun.

Saya sering kali diam saat melihat matahari terbenam. Bukan karena kehilangan kata, tapi karena terlalu banyak rasa yang datang. Ada kesedihan, tapi juga kelegaan. Ada kehilangan, tapi juga penerimaan. Sunset mengajarkan bahwa hidup tak hanya tentang memulai, tapi juga tentang bagaimana menutup hari dengan tenang.

Melepas bukan hal mudah. Kita terbiasa menggenggam, menyimpan, berharap terus memiliki. Tapi seperti matahari yang pamit tiap sore, keikhlasan bukan tentang melupakan, melainkan tentang menerima. Bahwa ada hal-hal yang tak bisa kita genggam selamanya.

Saya ingat satu momen, duduk di tepi danau menyaksikan sunset sendirian. Hari itu saya baru kehilangan seseorang yang penting dalam hidup. Tapi anehnya, saat langit mulai temaram, saya merasa tenang. Bukan karena rasa sakit hilang, tapi karena saya merasa diberi izin oleh alam untuk… merelakan.

Sunset tidak memaksa malam datang—ia hanya membuka jalan dengan keindahan dan keheningan.

Begitu pun kita, kadang yang kita butuhkan bukan menghapus rasa, tapi mengubahnya menjadi doa. Karena keikhlasan bukan berarti berhenti mencinta, melainkan mencinta tanpa berharap kembali.

Matahari terbenam setiap hari, dan esok ia kembali bersinar. Begitulah semesta menghibur kita: bahwa kehilangan hanyalah jeda, bukan akhir.

Apa yang pernah kamu lepas dengan berat hati?
Dan apakah kamu akhirnya belajar melihat keindahan di dalamnya?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun