Mohon tunggu...
Yane Kamille ZA
Yane Kamille ZA Mohon Tunggu... Akuntan - just sharing

saya hanyalah sosok awam yang cuma ingin berbagi karena care dengan Anda!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jadilah Pejuang Sejati

12 Juni 2018   13:23 Diperbarui: 12 Juni 2018   13:32 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: sketsanews.com

Alkisah, hiduplah dua orang petani miskin yang bertekad ingin memperbaiki kehidupannya. Keduanya memutuskan untuk mencari emas yang letaknya di puncak sebuah gunung. Lokasinya yang terpencil dan harus melewati sungai berarus deras, sungguh membutuhkan nyali kuat untuk ke sana. Setelah menempuh perjalanan jauh dan melelahkan, keduanya pun berhasil menjejakkan kakinya di 'pelataran' gunung tersebut.

Tetapi apa yang terjadi? Setelah satu malam menginap berselimutkan dingin yang menyengat, dan kekuatiran tingkat tinggi akan gangguan binatang buas, timbul sedikit kegaduhan diantara mereka. Akhirnya, satu diantara mereka menyerah, tak sanggup meneruskan perjalanan nan melelahkan itu. Ia memilih balik kanan untuk kembali ke kampung halamannya, kembali menjadi petani miskin. Pemuda lainnya, bersikukuh meneruskan perjalanan sendirian, berbekal keinginan kuat memberikan kehidupan yang lebih baik untuk keluarganya

Rekan sekalian, kisah di atas mendeskripsikan kepada kita bahwa secara umum ada dua tipe manusia dalam mengarungi kehidupan. Pertama, mudah takluk pada tantangan dan akhirnya menyerah dengan membawa pulang kehampaan. Kedua, sosok yang mampu bertahan dari kesulitan dan siap melanjutkan perjuangan demi menggapai asa yang dijanjikan.

Paul G. Stoltz, konsultan SDM dan pembicara mahsyur, memperkenalkan istilah adversity quotient, yakni bagaimana seseorang mampu bertahan menghadapi tantangan dalam setiap kondisi, tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, dan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakoninya. Ia mengibaratkan perjuangan sesorang mengarungi samudera kehidupan ini layaknya seorang pendaki. Setelah diteliti, ternyata terdapat tiga tipe pendaki: quitters, campers, dan climbers.

Quitters diperuntukkan bagi sosok yang menghentikan pendakian saat masih di pelataran. Mereka tidak sanggup menghadapi tantangan, justru menghindar dan melarikan diri dari masalah. Orang seperti ini bermental lemah dan mudah patah oleh tekanan. Pendek kata, mereka tak sanggup bekerja di bawah tekanan.

Kedua campers, adalah mereka yang berkemah. Tipe orang yang seperti ini mereka yang pergi tidak seberapa jauh. Ini adalah kiasan bagi pribadi yang cenderung mencari posisi nyaman dalam bekerja dan menyembunyikan diri dari situasi yang tidak bersahabat. Jangan paksa mereka keluar dari comfort zone-nya. Hal itu sesuatu yang sangat tidak mereka inginkan!

Terakhir, climbers  adalah para pendaki sejati. Inilah sosok paripurna yang tak gentar dengan rintangan yang menghadang dan berani mengambil risiko. Prinsipnya hanya satu: berjuang hingga titik penghabisan! Mereka memiliki militansi sangat tinggi demi tercapainya sebuah tujuan. Untuk itu, para climbers ini memiliki persiapan yang matang dan bekal yang cukup untuk sebuah perjalanan panjang. Satu lagi, mereka adalah ahli strategi dan sangat paham dengan dunia yang digelutinya.

Rekan, jelas bagi kita bahwa climbers adalah kasta tertinggi bagi seorang pejuang. Untuk menggapainya, dibutuhkan semangat 'tingkat dewa' yang bukan hanya monopoli para petinggi, tetapi kita pun punya hak untuk merebutnya. Jangan pernah menyerah dengan kesulitan, karena Tuhan berjanji, Ia akan menghidangkan kemudahan di balik semua kesulitan. Selamat datang para climbers!

Sharing is Caring

Yane Kamille ZA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun