Bayangkan jika setiap apotek di Indonesia terhubung dengan sistem pengawasan nasional TBC. Apoteker memantau kepatuhan pasien, memberi konseling, melaporkan efek samping, dan menjamin kesinambungan terapi. Sebuah sistem sederhana yang bisa mencegah ribuan kasus MDR baru setiap tahun.
Ketakutan yang Perlu Kita Rasakan
MDR-TB bukan masalah masa depan --- ia sudah di sekitar kita, menular lewat udara yang sama, bus yang sama, ruang tunggu yang sama. Bedanya, kini obatnya tidak lagi ampuh. Dan itu bukan karena kuman makin kuat, tapi karena kita terlalu lama menganggap enteng.
Rasa takut di sini penting. Karena tanpa ketakutan, tak ada dorongan untuk berubah. Kita harus takut pada kenyataan bahwa MDR-TB bisa melumpuhkan satu generasi --- generasi dengan paru-paru yang rapuh dan sistem kesehatan yang kehabisan napas.
Harapan Terakhir: Obat Takkan Menang Tanpa Penjaga
Dalam perang melawan MDR-TB, obat hanyalah peluru. Apoteker adalah penjaga yang memastikan peluru itu sampai ke sasaran. Sudah saatnya apoteker tidak sekadar menjadi pelengkap di balik meja resep, tetapi diakui sebagai garda pengawal terapi TBC nasional.
MDR-TB adalah musuh yang kita ciptakan sendiri. Tapi kita juga punya kekuatan untuk mengakhirinya --- jika apoteker diberi ruang untuk menjaga, memantau, dan memastikan setiap napas bangsa ini tetap berharga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI