Mohon tunggu...
ABSANIA NESSA PUTRI MAHARANY
ABSANIA NESSA PUTRI MAHARANY Mohon Tunggu... Mahasiswi UINSA

Mahasiswi UINSA

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Teori Paradigma oleh Burrel and Morgan dalam Pandangan Islam: Menyatukan perubahan dan keteraturan

17 Februari 2025   09:12 Diperbarui: 17 Februari 2025   09:12 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.researchgate.net/figure/Paradigms-in-social-science-Burrell-and-Morgan-1979-22_fig1_334170143

Manusia adalah entitas yang dinamis, terus menerus berubah, dan berkembang. Perubahan ini dipicu oleh banyak faktor, contohnya inovasi teknologi, pergeseran ekonomi hingga perubahan politik dan perkembangan budaya. ditengah perubahan yang terus menerus ini, ada pula didalamnya suatu keteraturan dimana manusia akan mempertahankan stabilitasnya. Memahami bagaimana perubahan dan keteraturan ini saling berinteraksi adalah inti dari teori sosial. Dengan menggunakan teori sosial kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana masyarakat berfungsi tapi juga mengenai bagaimana kekuasaan didistribusikan.

salah satu teori sosial yang menjadi dasar dalam analisis sosial ada teori yang dikembangkan oleh burrel dan morgan. Teori ini membagi perspektif sosiologis kedalam 4 paradigma utama, yaitu Interpretatif, Fungsionalis, Humanis Radikal, dan Strukturalis Radikal. Masing-masing paradigma memiliki pendekatan yang berbeda dalam struktur sosial, interaksi manusia, dan perubahan dalam masyarakat.

disisi lain, dalam perspektif islam, konsep perubahan sosial juga memiliki landasan yang kuat, dan baik dalam al-qur'an maupun hadits. Islam mengajari banyak hal termasuk keseimbangan antara ketertiban sosial dan perubahan, tentukan dengan tetap menekankan nilai keadilan, persaudaraan, dan kesejahteraan. oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana paradigma sosiologi ini dapat dikombinasikan dengan persepektif islam dalam memahami dan menganalisis fenomena sosial yang terjadi. Selain itu mengetahui perspektif sosiologi manakah, yang sangat dekat dengan perspektif islam juga sangat penting. Hal ini diperuntukkan agar masyarakat tidak kehilangan arah dalam paraktik sosialnya.

4 Paradigma oleh Burrel dan Morgan, dan keterkaitanya dengan paradigma islam

dari gambar diatas kita dapat menegtahui bahwasannya Burrel dan Morgan membagi 4 paradigma tersebut kedalam 2 fokus, yaitu fokus pada kuadran atas dan kuadran bawah. kuadran atas menunjukan Radical Change (perubahan radikal) yang meliputi,

  • Radical Humanis                                                                                                                                                                                                                  Paradigma ini menekankan pentingnya kesadaran individu sebagai sektor faktor utama dalam perubahan sosial. Paradigma ini berspekulasi bahwasanya manusia seringkali dikendalikan oleh ideologi atau sistem yang membatasi kebebasan dalam berpikir. Oleh karena itu peubahan sosial harus dimulai dari kesadaran individu untuk membebaskan diri dari segala bentuk penindasan, baik secara fisik, politik, maupun pemikiran. hal ini sangat berkaitan erat dengan perspektif islam yang meyakini bahwasannya kesadaran diri dan pembebasan dari sistem yang menindas sangat dibutuhkan, namun islam memberikan suatu kebebasan bukan berarti tanpa batas."Kebebasan" dalam perspektif islam harus selaras dengan nilai-nilai tauhid dan moralitas sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-baqarah ayat 27 "Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman, dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (Kebodohan dan Kesesatan) kepada cahaya (hidayah)" contoh peristiwa islam yang berkaitan adalah pada saat perjuanganpada masa jahiliyah dengan dakwah islam yang membebaskan manusia dari penyembahan berhala berhujung tauhid.
  • Radical Strukturalis                                                                                                                                                                                                                                  Paradigma ini berpendapat bahwasannya perubahan sosial terjadi antara konflik antar kelompok atau kelas sosial, teori ini dikaitkan dengan Marxisme, yang menganggap bahwa ketimpangan sosial adalah hasil dari struktur ekonomi yang menindas, sehingga suatu perubahan harus terjadi untuk menghentikan penindasan itu. Sama halnya dengan islam yang juga menolak ketidakadilan yang zalim tapi tidak mendukung perubahan yang didasarkan pada konflik, dari pada itu islam lebih fokus pada perbaikan (Islah) dan keadilan sosial sebagai cara untuk mencapai perubahan yang damai dan berkelanjutan, sebagaimana dalam QS. Al-maidah ayat 8 "Berlakulah adil karena adil itu lebih dekat dengan ketaqwaan", seperti konsep zakat dalam islam yakni mengurangi ketimpangan ekonomi tanpa harus melakukan revolusi sosial.

Sementara pada kuadran bawah yang menunjukan tatanan sosial (Socialogy of Regulation) yang meliputi,

  • Interpretive                                                                                                                                                                                                                                                    Paradigma ini menekankan bahwasannya realitas sosial tidak bisa bersifat objektif, melainkan dibangun melalui perspektif individu dan kelompok. Realitas dalam masyarakat muncul dari interaksi sosial dan cara individu memberikan makna dalam kehidpan mereka. Disamping itu hal ini juga masih memiliki keterkaitan yang erat dengan ajaran islam bahwasannya setiap individu memiliki peran penting dalam Pembangunan Masyarakat dan bahwa makna hidup manusia terletak pada ibadahnya kepada Allah SWT, serta seberapa besar konstribusi seorang individu terhadap lingkungan sekitar. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Adz -zariyat ayat 56 "dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaku." Dan keterkaitan lainnya seperti bentuk Ijtihad dalam islam.
  • Functionalist                                                                                                                                                                                                                           Paradigma ini melihat manusia sebagai sebuah system yang saling terhubung. Dimana setiap bagian yang ada memiliki fungsi masing-masing dan memiliki keunggulan sendiri dalam bidangngnya. Hal ini juga selaras dengan islam yang sangat menekankan keteraturan dalam kehidupan sosial. Keteraturan ini terus dijaga oleh islam melalui Hukum syari'ah, dan sistem ekonomi yang adil, dan kepemimpinan yang bertanggung jawab. Sebagaimana dalam QS. An-nisa' ayat 58 "Sesungguhnya allah menyuruh kamu menyampaikan Amanah kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil." Keterkaitan lainnya dapat dilihat sistem zakat dan ekonomi islam, yang dapat membantu menjaga keseimbangan sosial tanpa menciptakan konflik dalam kelas sosial.

Kesimpulan yang dapat diambil dari 4 paradigma tersebut bahwasannya Islam tidak hanya memiliki keterkaitan dengan salah satu paradigma tersebut namun juga memiliki keterkaitan dengan seluruh paradigma tersebut, penting diingat bahwasannya islam merupan fenomena yang sangat kompleks dan beragam, Dimana satu paradigma tidak akan cukup menjelaskan keterkaitan islam didalam perspektif sosiologis.

Namun jika diharuskan memilih mana yang paling mendekati dengan nilai-nilai islam  mungkin paradigma functionalist akan lebih mendekati dengan perspektif islam,  hal ini sesuai dengan nilai islam yang sangat menekankan keteraturan sosial, harmoni, serta keadilan.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun