Mohon tunggu...
abraham raubun
abraham raubun Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli gizi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Olah raga, kuliner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harga Sebuah Sepeda

26 Februari 2024   21:07 Diperbarui: 26 Februari 2024   21:25 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Huuuh...mau apa lagi orang ini kemari...." gerutuku dalam hati. Tahu sendiri ketika sedang duduk santai di teras rumah, tiba-tiba muncul orang tak dikenal, was-was juga perasaan ini.

Maklum zaman sekarang terpaan media begitu deras tentang ragam penipuan dan kejahatan. Patut diakui itu melekat juga di benak ini. Rasa curiga yang berlebihan memang tidak baik. Tetapi sikap waspada sudah barang tentu jadi keharusan demi keselamatan. "Selamat siang pak.." suara itu terdengar sopan namun ada nada lirih menyimpan kesedihan. Ketika kutanya ada keperluan apa, ternyata ia mau menjual sepeda yang dituntunnya. Kulihat sepedanya sudah tua dengan warna yang kusam. 

Hatiku tercekat bukan soal sepeda yang mau dijualnya itu, tetapi ujung ceritanya. Ia perlu ongkos seratus ribu rupiah untuk mengantar ayahnya yang sedang sakit ke Puskesmas." Sudah tiga hari ayah saya demam dan sesak napas pak. Saya tidak punya uang untuk mengantarnya berobat" ujarnya memelas. 

Kenangan pahit masa lalu sontak terlintas di benak ini. Terbayang kembali melihat ayah yang sepanjang malam terduduk di kursi. Napasnya tersengal-sengal karena penyakit asmanya kumat. Saat itu kami tak ada uang untuk membawanya berobat. Doa yang kupanjatkan waktu itu serasa tak berujung lagi, hanya tinggal bisikan lirih. 

Aku bergegas ke dalam rumah dan kembali dengan dua lembar uang ratusan ribu. Kusodorkan uang itu, dengan iringan doa semoga ayahnya cepat sembuh dan kuminta dia membawa kembali sepedanya pergi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun