Mohon tunggu...
abraham raubun
abraham raubun Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli gizi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Olah raga, kuliner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Holopis Kuntul Baris

27 Maret 2023   14:11 Diperbarui: 27 Maret 2023   14:22 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di banyak daerah, kegotongroyongan masih ada tersisa, misalnya dalam membangun rumah di desa. Banyak tetangga yang masih ikut membantu dan menyediakan makanan dan makanan kecil bagi orang-orang yang bekerja. Masih juga tersisa sedikit kebersamaan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dalam lingkungan desa secara gotong royong semisal Mapalus di Sulawesi Utara, Makan Patita dan Bakar Batu di Maluku dan Papua dan banyak lagi di wilayah-wilyah Indonesia lainnya atau dalam berbagai kegiatan lain seperti perbaikan jalan desa, membangun rumah dan sebagainya. 

Pernah ayahku bercerita tentang Makan Patita. Makan Patita ini tradisi kuliner atau acara makan bersama yang masih saat ini terjaga kelestariannya di Maluku. Dalam acara makan bersama ini terkandung makna kebersamaan dan kehangatan bersama dengan banyak orang, tujuannya memupuk semangat kekeluargaan.

Tapi umumnya kini pekerjaan-pekerjaan di desa nampaknya lebih banyak dilakukan dengan cara membayar tenaga kerja, atau dibungkus dalam bahasa program padat karya yang berujung pada imbal jasa dalam wujud natura. Bahkan Pemerintah sekarang juga menggelar program yang dinamakan padat karya, dimana masyarakat yang ikut mengerjakan pekerjaan di beri imbalan uang. Memang tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa, terutama yang keluarga-keluarga yang kurang mampu. 

Dulu, kami anak-anak merasa senang jika ada warga desa yang membangun rumah atau memindahkan rumah. Memang saat itu rumah yang dipindahkan kebanyakan masih berbentuk rumah panggung. Rumah yang akan dipindahkan setelah genting dilepas, maka rangka rumah digotong bersama-sama menuju lahan atau tempat yang baru. 

Riuh gemuruh seruan " Holopis Kuntul Baris, rawe-rawe rantas malang-malang putung". Meskipun tidak mengerti artinya, kamipun menirukan bapak-bapak yang sedang bekerja itu, sepanjang perjalanan menggotong kerangka rumah yang dipindahkan. Buat kami bukan cuma itu yang menyenangkan, tetapi pasti banyak makanan yang akan dihidangkan. 

Makanan ini disumbangkan oleh beberapa tetangga disekitar keluarga yang pindahan ini. Ada sebagian bantuan yang diberikan kakeku sebagai Kepala Desa waktu itu, tetapi sebagian besar datang dari warga desa, terutama para tetangga yang berdekatan rumahnya dengan keluarga yang sedang pindahan itu. Ada yang memberikan makanan jadi tetapi ada juga yang membawa bahan makanan untuk dimasak bersama-sama di tempat yang baru.

Ketika tiba waktu istirahat dan makan siang, maka tikar akan digelar di bawah pohon lalu bapak-bapak dan ibu-ibu itu makan bersama. Kamipun anak-anak tidak ketinggalan untuk diajak makan. Alangkah nikmatnya terasa makanan itu meskipun menunya cukup sederhana ada sambal terasi lengkap dengan lalapannya, juga ada tahu dan tempe yang digoreng dan daging ayam atau ikan mas dan ikan mujair. Itulah nikmatnya kebersamaan yang mungkin sudah jarang ditemukan masa sekarang. 

Menjelang magrib, pekerjaan dihentikan dan akan dilanjutkan keesokan harinya. Wah..senangnya kami karena berarti besok bisa makan bersama lagi. Kegotongroyongan di desa yaitu kebiasaan saling tolong menolong untuk membangun desa, ini menjadi salah satu asas pengaturan desa. Kata gotong berarti mengangkat dan royong artinya bersama. Jadi itu merupakan kegiatan yang dilakukan bersa ma-sama dan bersifat suka rela. Tujuannya agar suatu pekerjaan yang dilakukan menjadi lancer, mudah dan ringan, ada unsur saling membantu dan saling peduli. 

Memang kegiatan ini sudah tidak asing lagi di banyak daerah di Indonesia dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama di desa-desa. Boleh dibilang ini salah satu ciri khas perilaku bangsa Indonesia. Perilaku yang sudah dimiliki dan sudah ada sejak dulu kala. Memang hal ini erat kaitannya atau dekat sangkut pautnya dengan masyarakat sebagai petani atau masyarakat agraris. Ini menjadi adat istiadat di banyak masyarakat desa. Di dalamnya ada unsur-unsur kesatuan, kebersamaan, kekeluargaan dan kerukunan. 

Tujuannya mengajak setiap individu untuk bekerjasama dalam menyelesaikan suatu permasalahan sekali gus meningkatkan tali persaudaraan antar warga. Manfaatnya terasa bagi warga menghemat biaya dalam melakukan suatu pekerjaan besar, pekerjaan cepat selesai dan yang penting semua orang merasa sederajat, tidak ada perbedaan. Hal tersebut yang membuat gotong royong dianggap sebagai kepribadian dan budaya yang telah mengakar dalam kehidupan bangsa Indonesia. 

Perilaku ini seharusnya ditanamkan dalam sikap hidup bangsa Indonesia terutama generasi yang baru, Sehingga ada kesadara masyarakat untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yang membuat hubungan persaudaraan semakin erat. Inilah makna Persatuan Indonesia, dalam menerapkan nilai dan mengamalkan nilai-nilai luhur Panca Sila sebagai falsafah hidup Bangsa Indonesia.

Namun seiring perkembangan zaman, nampaknya semangat kebersamaan ini mulai terkikis, digeser oleh kegiatan bisnis. Sebagian besar pekerjaan dilakukan secara berbayar. Memang uang bukan segala-galanya, tetapi sekarang segala-galanya perlu uang. Hal ini perlu diwaspadai karena dengan terkikisnya kegotongroyongan maka nilai-nilai kebersamaan akan tergeser digantikan oleh sikap dan perilaku individualistis. 

Apa lagoi di daerah perkotaan, banyak Lembaga-lembaga yang menawarkan jasa untuk membangun atau menyelesaikan suatu pekerjaan. Tinggal dikontak lalu dibayar, maka pekerjaan akan langsung diselesaikan. Meskipun mungkin untuk kebersihan lingkungan masih banyak dilakukan yang diprakarsai dan dikordinasikan oleh Pengurus RT atau RW yang menggerakkan warga untuk kerja bakti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun