Mohon tunggu...
Abner Darmawan Sigar
Abner Darmawan Sigar Mohon Tunggu... mahasiswa S1 pertanian

tertarik pada semua hal

Selanjutnya

Tutup

Financial

Desa Jeruk dan Inovasi Pascapanen: Dari Sayur Mayur Menjadi Produk Bernilai Tinggi

19 Agustus 2025   08:07 Diperbarui: 22 Agustus 2025   17:45 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Desa Jeruk (sumber: Facebook (Grup Publik Desa Jeruk Selo Boyolali))

1. Desa Jeruk: Lumbung Sayur yang Penuh Potensi

Desa Jeruk di Kecamatan Selo, Boyolali, terkenal dengan hamparan ladang sayur yang seakan tak ada habisnya. Berada di kaki Gunung Merbabu dengan ketinggian 1.300–1.800 mdpl, tanah di desa ini begitu subur. Mayoritas warganya adalah petani hortikultura. Setiap pagi, jalanan desa dipenuhi para petani yang memanggul hasil panen: kubis, pakcoy, labu siam, hingga cabai segar. Bisa dibilang, Desa Jeruk adalah lumbung sayur lokal dengan potensi luar biasa.

Tapi sayangnya, potensi besar ini masih menyimpan masalah klasik. Harga sering anjlok saat panen raya, sebagian hasil panen cepat busuk, dan belum banyak inovasi dalam pengolahan. Produk biasanya langsung dilempar ke pengepul dalam bentuk mentah, sehingga nilai jualnya rendah. Padahal, dengan sedikit sentuhan teknologi pascapanen atau kreativitas olahan, sayuran ini bisa berubah jadi produk bernilai tambah.

2. Masalah Utama: Harga Anjlok dan Minimnya Diversifikasi

Ilustrasi penurunan harga (Sumber: Ai generated)
Ilustrasi penurunan harga (Sumber: Ai generated)

Permasalahan klasik yang dihadapi Desa Jeruk adalah anjloknya harga sayuran saat musim panen raya. Jumlah produk di pasar sering kali jauh lebih banyak daripada permintaan. Akibatnya, harga jatuh dan petani terpaksa menjual hasil panennya dengan harga yang tidak sebanding dengan tenaga dan biaya produksi.

Selain itu, masih banyak petani yang belum menerapkan sortasi, pembersihan, dan grading terhadap hasil panennya. Sayuran dari kebun langsung masuk ke pasar tanpa dipilah kualitasnya. Hal ini membuat daya saing produk menurun, karena konsumen cenderung memilih sayuran yang terlihat lebih segar, bersih, dan terkemas dengan baik.

Yang tak kalah penting, belum ada diversifikasi produk. Padahal, dengan sedikit sentuhan teknologi pengolahan, labu siam yang sederhana bisa diubah menjadi manisan segar atau sambal botolan tahan lama. Kubis bisa disulap menjadi kulit dimsum sehat, dan pakcoy bisa menjadi camilan cheese stick hijau yang unik. Kurangnya inovasi ini membuat Desa Jeruk kehilangan peluang untuk mendapatkan nilai tambah dari hasil panen mereka.

3. Program Kreatif dari Mahasiswa KKN

Foto kelompok KKN dengan ibu-ibu PKK (Sumber: dokumentasi pribadi)
Foto kelompok KKN dengan ibu-ibu PKK (Sumber: dokumentasi pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun