Mohon tunggu...
Abiyadun Masykur
Abiyadun Masykur Mohon Tunggu... -

Praktisi muda pertanian, Perkumpulan Alumni Muda Institut Pertanian Bogor (PADI)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengungkap 'Matinya' Impor Beras di Tangan Amran

3 Maret 2017   16:05 Diperbarui: 4 Maret 2017   22:01 1729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Mimpi besar Bangsa Indonesia akhirnya terwujud. Puluhan tahun mengimpor beras, Tanah Air kembali berdaulat di era pemerintah Jokowi-JK melalui terobosan fundamental Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman. Ini merupakan sejarah emas yang kembali terulang setelah terakhir kali di era Suharto yang sukses mengekspor beras di tahun 1983.

Tentang kebijakan tidak ada impor beras, secara resmi dideklarasikan Presiden Jokowi saat menghadiri peringatan Hari Pangan Sedunia di Boyolali tanggal 29 Oktober 2016. "Saya pastikan sampai akhir tahun tidak ada impor. Saya sudah sampaikan tahun yang lalu, September-Oktober hanya 1,030 juta ton. Sekarang persediaan beras mencapai 1,980 juta ton," tegas Jokowi.

Kebijakan ini merupakan gong yang menandakkan ‘matinya’ impor beras mulai tahun 2016. Di tahun 2017, dapat dipastikan juga produksi padi surplus, sehingga Indonesia kembali menyetop keran impor beras.

Berdasarkan data BPS (2016) Angka Tetap (ATAP) produksi padi 2015 mencapai 75,4 juta ton GKG, naik 6,42 persen dibandingkan ATAP tahun 2014. Kemudian data Pra Angka Ramalan-II produksi padi 2016 mencapai 79,1 juta ton sehingga terjadi peningkatan produks padi sebesar 4,96 persen.

Produksi padi 2016 ini setara dengan beras 44,3 juta ton, sementara kebutuhan konsumsi beras hanya 33.3 juta ton. Dengan demikian, neraca beras mencapai surplus 11,0 juta ton. Beras ini tersimpan di petani, gudang penggilingan, pedagang, industri, Bulog dan konsumen.

Akan hal ini, dicapai di tengah tingginya pesimisme berbagai kalangan terhadap Program Upaya Khusus (Upsus) pemerintahan Jokowi-JK dalam mewujudkan target swasembada pangan, kini impor beras tidak ada di tahun 2016. Persediaan beras nasional saat ini sampai dengan Mei 2017 mendatang mampu dicukupi dari produksi sendiri. Impor beras yang masuk pada awal tahun 2016 hanyalah luncuran impor sebagai beras cadangan tahun 2015.

Di tahun 2017 Kementerian Pertanian memasang target produksi padi 78,13 juta ton. Untuk saat ini, diprediksi produksi beras dari bulan Februari hingga Juni 2017 mencapai 30,05 juta. Angka produksi ini surplus alias melebihi kebutuhan konsumsi.

Pasalnya, kebutuhan konsumsi beras hanya 2,6 juta ton per bulan sehingga surplus 17,05 juta ton. Capaian ini mampu mencukupi kebutuhan konsumsi untuk 6,5 bulan ke depan.

Artinya kebutuhan konsumsi selama 2017 mampu dipenuihi hanya dari produksi padi di bulan Februari hingga Juni bahkan masih surplus untuk mencukupi kebutuhan beras selama 0,5 bulan di tahun 2018. Dengan begitu, produksi di musim tanam berikutnya dapat digunakan untuk stok di tahun 2018 dan sebagiannya untuk kebutuhan ekspor.

Data Kementerian Pertanian menyebutkan, ekspor beras di tahun 2016 sebesar 43,7 persen. Oleh karena itu, di tahun 2018 suatu keniscayaan bagi Indonesia untuk mengekspor beras dalam volume besar dan ke banyak negara.

Pencapaian ini menunjukkan bahwa Program UPSUS yang diperintahkan Presiden Jokowi kepada Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman benar-benar mampu menunjukkan hasil yang nyata. Melalui Program UPSUS ini, Amran menargetkan dalam waktu 3 tahun swasembada beras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun