Mohon tunggu...
Isroi Isroi
Isroi Isroi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berbagi Tak Pernah Rugi

Selanjutnya

Tutup

Nature

Membuat Bioetanol Dari Limbah Buah-buahan

14 Juni 2010   23:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:32 2470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Buah pepaya yang sudah tidak layak jual bisa dimanfaatkan untuk bahan baku bioetanol

Buah-buahan yang mengandung kadar gula tinggi merupakan bahan yang potensial untuk bahan baku bioetanol. Buah yang dipakai bukan buah yang masih bagus dan segar, tetapi buah-buah yang sudah tidak layak jual atau hampir busuk. Daripada buah-buah ini dibuang tanpa harga, akan lebih baik jika diolah menjadi bioethanol.

Potensi Buah Afkir untuk Produksi Bioetanol

Potensi buah ini lumayan besar, terutama disentra-sentra perkebunan buah. Misalnya saja di sentra buah mangga, salak, pepaya, atau nanas. Pada saat puncak musim buah, produksi sangat melimpah. Harga buah turun drastis dan banyak buah-buah afkir yang tidak layak jual.


Kebun pepaya yang sangat luas di kaki gunung Seulawah

Sebagai contoh kebuh buah pepaya yang ada di kaki gunung Seulawah aceh. Ada ratusan hektar kebun pepaya. Buah-buah yang busuk luar biasa sekali jumlahnya. Saya tidak dapat informasi yang tepat produktivitas kebun ini. Setiap minggu buah pepaya dipetik oleh pedagang buah, sekali petik satu colt. Satu hektar bisa sekali atau dua kali petik.

Buah yang tidak layak jual cukup banyak. Perkiraan saya ada sekitar 5-10% buah yang tidak layak jual. Jadi jumlahnya cukup melimpah ruah, apalagi di puncak musim panen.

Kadar gula buah pepaya belum dianalisis di laboratorium, jadi blum tahu berapa kadar yang tepat. Buah pepaya yang sudah masak rasanya manis sekali. Perkiraan saya bisa sampai 10% kadar gulanya. Kadar yang cukup tinggi untuk dibuat ethanol.
Hitung-hitungan teoritis di atas kertas. Andaikan seluruh gula di dalam pepaya bisa diubah menjadi etanol, maka etanol yang bisa diproduksi sekitar 5.1%. Satu ton buah afkir, teoritisnya, bisa menghasilkan 51kg ethanol absolute. Realitasnya efisiensinya tidak pernah 100%. Mungkin hanya 85-90% yang bisa diambil. Demikian juga kadar etanolnya mungkin 60%, 80%, atau 95%. Meskipun begitu volumenya cukup besar, bisa sampai 48 liter dan nilainya bisa Rp 576.000 per ton buah afkir.

Nilai ini akan bertambah besar jika limbah bioetanolnya diolah kembali menjadi pupuk organik cair (POC).

Peralatan yang dibutuhkan

Peralatan yang dibutuhkan sangatlah sederhana dan mHiudah diperoleh di sekitar kebun. Alat-alat utana yang dipakai antara lain.
1. Mesin parut untuk menghancurkan buah. Kalau mesin parut susah didapat, bisa juga pakai manual dengan cara ditumbuk.
2. Drum atau bak untuk menampung bahan baku.
3. Drum atau bak fermentasi
4. Timbangan kecil. Bisa pakai timbangan kue.
5. Ethanol meter. Kalau alat ini perlu dibeli di kota. Biasanya ada di toko-toko yang menjual alat-alat laboratorium.
6. Distilator. Alat ini harus dipesan ke produsennya. Sesuaikan kapasitas distilator dengan kapasitas produksi ethanolnya.
7. Peralatan pendukunh lainnya, seperti: ember, gayung, parang, dan lain-lain.

Bahan-bahan

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk produksi bioethanol dari limbah buah-buahan antara lain seperti disebutksn di bawah ini.

1. Limbah buah, jelas ini adalah bahan baku utamanya.
2. Ragi roti. Bisa pakai ragi roti yang banyak dijual di toko yang menjual bahan baku kue/roti.
3. Urea dan NPK (15-15-15), untuk nutrisi tambahan ragi.

Resep Bahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun