Virus Covid-19 yang tengah mewabah saat ini tidak hanya berdampak pada kesehatan namun juga pada perekonomian masyarakat Indonesia. Aktivitas yang terbatas mengharuskan masyarakat untuk tetap berada di dalam rumah termasuk kegiatan belajar dan bekerja guna memutus penyebaran virus Covid-19.Â
Aktivitas berbelanja juga banyak dilakukan dari rumah melalui situs belanja online. Saat ini sudah banyak aplikasi belanja online yang memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi jual beli seperti Shopee, Tokopedia, Blibli, Lazada, dan BukaLapak. E-commerce tersebut menjual berbagai kebutuhan pokok seperti makanan, alat-alat elektronik, dan lain-lain.
E-commerce berlomba-lomba menawarkan kemudahan untuk para pembeli dan memberikan promosi menarik seperti cash back, diskon, free ongkir dan lain-lain. Dengan penawaran menarik tersebut masyarakat menjadi mudah tergiur. Disisi lain, online shop juga sangat membantu konsumen yang ingin berbelanja namun tetap berada di rumah.Â
Konsumen tidak perlu keliling supermarket atau toko untuk mendapatkan barang yang dicari, konsumen hanya perlu memilih barang yang diinginkan melalui smartphone dan duduk manis dan barang akan sampai di depan rumah dalam waktu beberapa hari bahkan ada yang hanya dalam hitungan menit/ jam.
Kebutuhan-kebutuhan selama berada di rumah dapat terbantu dengan adanya online shop. Namun disisi lain penawaran menarik yang disediakan oleh online shop juga dapat memberikan dampak negatif, salah satunya masyarakat jadi lebih mudah tergiur sehingga mereka menjadi konsumtif, belanja berlebihan diluar kebutuhan.
Menurut penelitian dari LPEM UI dan Katadata, 42% orang Indonesia pengeluarannya naik ketika pandemi. Namun, mereka bisa bertahan karena banyak sekali orang yang mulai berjualan online. Salah satunya di e-commerce Tokopedia. Kepala LPEM FEB UI, Riatu Mariatul Qibthiyyah menjelaskan, sebesar 68,6% penjual yang bergabung dengan Tokopedia pada saat pandemi merupakan pencari nafkah tunggal di keluarga. Para pebisnis inilah yang menopang perekonomian kita di kondisi pandemi, terutama di bidang makanan minuman, elektronik, dan juga fashion.
"Rata-rata pengeluaran bulanan konsumen sebelum dan saat pandemi di Tokopedia meningkat 71 persen," jelas Riatu. Riset LPEM FEB UI mengungkap juga bahwa transaksi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan, hobi dan tagihan meningkat saat pandemi.
Dari kategori produk, penjualan bahan pokok melonjak drastis selama pandemi corona. Sekitar 35-43% konsumen digital membeli bahan makanan kemasan, bahan makanan segar, dan minuman non-alkohol. "Konsumen yang membeli bahan makanan secara online meningkat hingga 8,4 kali dan minuman non-alkohol 6,6 kali dalam tiga bulan terakhir (April-Juni)," demikian dikutip. Selain itu, sekitar 50-73% konsumen membeli produk kategori pakaian, elektronik, perawatan pribadi, dan kecantikan.
Sumber:
Jamaludin, F. (2021, 25 Maret). Riset UI sebut Pengeluaran Belanja Konsumen Naik 71 Persen di Tokopedia. Diakses pada 30 Maret 2021, diakses dari https://www.merdeka.com/teknologi/riset-uisebut-pengeluaran-belanja-konsumen-naik-71-persen-di-tokopedia.html?page=2
Setyowati, D. (2020, 31 Agustus). Survei Facebook - Bain: Belanja Online di RI Tahun Ini Capai Rp 378 T. diakses pada 30 Maret 2021, diakses dari https://katadata.co.id/desysetyowati/digital/5f4cb9bc86ec9/survei-facebook-bain-belanja-onlinedi-ri-tahun-ini-capai-rp-378-t