Patriotisme kerap kali diasosiasikan dengan perjuangan fisik seperti membela negara di medan perang. Namun, di tengah era globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat saat ini, bentuk cinta tanah air tidak selalu ditunjukkan melalui senjata. Dalam bidang psikologi, patriotisme memiliki peran penting dalam membentuk identitas nasional, kesejahteraan yang kolektif, dan ketahanan mental masyarakat. Nilai patriotisme yang tertanam sejak dini dapat menjadi fondasi dalam menciptakan generasi yang cerdas dengan memiliki jiwa nasionalis serta peduli terhadap bangsa.
Patriotisme sebagai Bagian Dari Identitas Sosial
Menurut Henri Tajfel (1979) dalam teori Identitas Sosial mengemukakan bahwa individu membentuk identitas diri berdasarkan kelompok sosial tempat mereka berada, termasuk identitas kebangsaan. Dalam hal ini, patriotisme menjadi elemen penting dalam membentuk rasa kebersamaan dan identitas sebagai warga negara Indonesia. Ketika seseorang merasa bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia, berdampak pada motivasi untuk melakukan kontribusi terhadap pembangunan nasional dan menjaga keutuhan sosial.
Riset yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2020, memperlihatkan bahwa generasi muda yang memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap sejarah bangsa cenderung memiliki tingkat nasionalisme dan kepedulian sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak mengenal sejarah bangsanya. Hal ini membuktikan bahwa pemahaman identitas nasional memiliki keterkaitan erat dengan nilai patriotisme dan dapat diperkuat melalui pendekatan psikologi pendidikan.
Peran Patriotisme dalam Ketahanan Mental Bangsa
Psikologi memandang patriotisme sebagai faktor pelindung dalam menghadapi krisis sosial dan psikologis. Selama pandemj Covid-19, masyarakat Indonesia menunjukkan berbagai bentuk solidaritas sosial dalam bentuk kegiatan gotong royong, penggalangan dana untuk tenaga medis, hingga membuat gerakan #IndonesiaTerserah sebagai bentuk kepedulian masyarakat terhadap keadaan Bangsa Indonesia. Dalam sudut pandang psikologi komunitas, solidaritas sosial dilandasi oleh nilai cinta tanah air berkontribusi pada peningkatan resiliensi kolektif.
Hal tersebut diperkuat oleh penelitian ayng dilakukan Univeristas Gajah Mada pada tahun 2021, menunjukkan bahwa masyarakat dengan tingkat nasionalisme tinggi memiliki tingka stres yang lebih rendah selama pandemi karena memiliki peran penting dalam menjaga ketertiban dan keselamatan bersama. Melalui penelitian ini, patriotisme dapat menjadi sumber kekuatan psikologis dalam menghadapi tantangan besar sebagai bangsa.
Pendidikan Psikologi dan Penanaman Nilai Patriotisme
Dalam ranah psikologi pendidikan, penanaman nilai patriotisme dapat dilakukan melalui kurikulum yang mendorong empati, kesadaran sosial, dan keterlibatan aktif dalam komunitas. Misalnya, program pendidikan karakter yang dilakukan oleh Kemendikbud Ristekk mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai agen perubahan memiliki peran strategis dalam menumbuhkan rasa cinta damai, adil, dan tanggung jawab dalam diri siswa terhadap Bangsa Indonesia.
Psikologi Sosial dan Dinamika Patriotisme di Indonesia
Patriotisme dalam konteks psikologi sosial dikaitkan dengan sikap terhadap kelompok lain, baik sesama warga negara maupun kelompok dari luar negeri. Teori in-group favoritism, menunjukkan bahwa individu cenderung berpihak pada kelompoknya. Dalam hal ini, bangsa Indonesia dan bersikap loyal terhadap simbol-simbol nasional, seperti bendera, lagu kebangsaan, dan bahasa. Namun, psikologi juga mengingatkan akan bahaya blind patriotism (patriotisme buta), dapat mengarahkan pada intoleransi dan diskriminasi.