Anak -- anak terdiam. Suasana hening. Mereka berdebar menantikan angka yang akan diucapkan oleh Pak Narto. Deg -- deg -- deg....
---ooOoo---
Episode : Sekolah Iqbal
Sebagian anak berlarian menuju gerbang sekolah. Seolah sedang berlomba, diantara mereka mendahului yang lainnya. Tak peduli pakaian seragam yang mereka kenakan awut- awutan. Ada yang kancing atasnya terlepas, ada juga yang baju bagian bawanya keluar dari ujung celana hingga udelnya sedikit menyembul. Bagi mereka perjalanan dari depan kelas menuju gerbang adalah sebuah pertaruhan besar, yang jika mereka memenanginya maka sebuah apresiasi besar menanti. Satria, murid yang bertubuh gemuk dan berkacata juga ikut berlari, yang terlihat seperti berjalan. Pantatnya geal geol, ujung bajunya terlepas dari celananya. Satria juga menuju gerbang dan menjadi yang terakhir
"Iqbaaaaallllll !!" teriak mereka bersamaan beberapa meter menjelang pintu gerbang, dengan suara yang berbarengan dengan irama ngos-ngosan yang secara otomatis keluar dari mulut dan hidung mereka
"loe dianter Ayah loe ?" Tanya Farel, seperti tak member kesempatan kepada Iqbal untuk menjawa teriakan mereka yang pertama
Tak ada yang dilakukan Iqbal selain memberikan senyuman khas dan lambaian tangan. Berbalik badan dan mencium tangan ayahnya, Ressa dan kembali menghadap teman -- temannya.
"Iqbaaaallll !!"
Mereka satu persatu ikut menyalami Ressa, yang dibalas dengan membelai kepala anak -- anak tsb
Tanpa basa -- basi, mereka segera menarik tangan Iqbal untuk berlari bersama menuju kelas. Ressa hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Hehehe..dunia anak Sekolah Dasar.