Mohon tunggu...
Abi Elha
Abi Elha Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Polemik Keputusan Politik Donald Trump

13 Januari 2018   16:39 Diperbarui: 13 Januari 2018   18:18 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di hadapan ribuan jamaah, dan disaksikan ratusan juta penonton televisi, Donald Trump berjalan perlahan menuju meja kecil yang sudah disediakan dan telah ditunggu oleh Shamsi Ali, Imam Masjid New York

---ooOoo---

Donald Trump. Siapa yang tidak mengenalnya, presiden Amerika Serikat ke 45 yang menggantikan Barack Obama sejak Januari 2017.

Donald Trump adalah pebisnis sukses, tokoh televisi realita The Apprentice di NBC dan politikus partai Republik yang memiliki keturunan Jerman dari pihak ayahnya dan Skotlandia dari pihak ibunya.

Sejak menjabat menjadi presiden setahun lalu, Donald Trump banyak menuai kontroversi dan gonjang- ganjing politik -- ekonomi, baik secara nasional Amerika maupun dunia. Beberapa kontroversi yang mengundang amarah dunia diantaranya adalah :

Muslim Ban / Perintah Eksekutif 13769

Perintah Eksekutif 13769 merupakan keputusan presiden Trump yang dibuat untuk melindungi bangsa dari "penyusupan teroris asing ke AS". Ya, teroris versi Amerika. Arah dan tujuannya sudah jelas apalagi dengan track record Trump selama ini, khususnya masa kampanya.

Ditandatangani pada 27 Januari 2017, perintah eksekutif tersebut merupakan bagian dari janji kampanye Trump untuk membatasi imigran dari negara-negara tertentu, demi keamanan negara. Negara -- Negara yang dimaksud adalah beberapa negara berpenduduk mayoritas muslim, yaitu Irak, Iran, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman.

Penandatanganan Perintah Eksekutif 13769 menimbulkan banyak protes dan permasalahan lantaran keputusan tersebut dianggap membatasi pelancong berdasarkan identitas latar belakangnya, terutama agama.

Belakangan, setelah mendapat kritik tajam dari banyak pihak, kabarnya kebijakan tersebut di revisi menjadi lebih politis dan lebih soft.

Badai Maria vs Badai Katrina

Trump juga dikecam ketika membandingkan bencana alam di Puerto Rico dengan dengan bencana lain di Amerka.

Oktober 2017,  ketika mengunjungi Puerto Rico untuk meninjau kerusakan dan aliran bantuan kemanusiaan bencana alam badai maria, Donald Trump mengeluarkan pernyataan yang membuat banyak pihak gusar.

"Jika Anda melihat ini semua, tiap kematian yang dihasilkan (Badai Maria) sangat mengerikan. Tapi jika Anda melihat bencana sungguhan seperti Badai Katrina, Anda akan melihat ratusan orang tewas," ujarnya

"Jadi sudah berapa yang meninggal dunia hingga pagi ini, 17 orang?," tuturnya lagi, seakan Badai Maria bukanlah "bencana sungguhan". Akibat dari pernyataannya tersebut, julukan yang disematkan kepadanya adalah sosok Kepala Negara yang memiliki empati rendah.

Bandingkan dengan Presiden atau Pemimpin Negara lain yang berkunjung ke lokasi bencana, yang bisa dipastikan akan mengenakan pakaian nuansa duka, wajah yang larut dalam kesedihan dan ucapan yang menyejukan.

Pengakuan Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel

Kebjakan Trump yang paling banyak menyedot perhatian dan kecaman dunia, khususnya umat Islam adalah pernyataan mengenai Jerussalem (Al-Quds). Donald Trump menyatakan bahwa Jerusalem adalah sebagai ibu kota Israel dan (akan) memerintahkan Kedutaan Besar AS di Israel untuk segera memindahkan kantornya dari Tel Aviv ke Jerusalem.

"Pernyataan ini tidaklah lebih dari pengakuan atas realitas yang ada. Hal ini adalah yang benar untuk dilakukan. Hal ini harus dilakukan," ujar Trump saat berbicara di Gedung Putih seperti yang dikutip oleh The New York Times.  

Pernyataan Trump tersebut memicu kecaman dan kritik dari sejumlah pemimpin negara. Beberapa di antaranya termasuk Perdana Menteri Inggris Theresa May, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel. Bahkan, Paus Fransiskus mendesak Trump untuk menghormati resolusi PBB atas Yerusalem.

images-palestine-5a59eb7d16835f26012567b2.jpg
images-palestine-5a59eb7d16835f26012567b2.jpg
Di negara-negara Timur tengah, pemerintah Arab Saudi, Turki, Yordania, Mesir, Lebanon, dan termasuk Presiden Palestina Mahmoud Abbas, ikut menyampaikan ketidaksetujuannya. Di Indonesia, Presiden Joko Widodo beserta kabinetnya juga mengecam keras pernyataan Donald Trump terkait Jerussalem AlQuds).  

Gelombang protes terus disuarakan penduduk dunia (Amreka, Eropa, Asia, termasuk Indonesia) agar Trump menarik ucapannya. Bukan mundur dan meralat atas ucapannya yang memicu kemarahan dunia, 'menantang' para penentangnya. Bahkan keputusan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang menolak mengakui Jerussalem sebagai ibukota Israel pun di veto Amerika.

Dikutip dari http://www.bbc.com,  Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan draf resolusi tersebut merupakan "penghinaan". Dia juga mewanti-wanti bahwa AS tidak akan melupakan pengajuan draf semacam itu.

Tidak itu saja, Trump juga mengancam Negara -- Negara yang memberikan pandangan berbeda dengan Amerika dan akan mengurangi bantuan untuk Negara -- Negara tersebut. Akibatnya sudah bisa ditebak, bagi Negara- Negara yang bergantung pada bantuan Amerika akan berputar 180% dalam berpandangan dan berpendapat.

Masih banyak lagi kontroversi yang dilahirkan dari lisan, dan kebijakan Trump lainnya. Tak terkecuali cuitan -- cuitannya di media social, khususnya twitter.

Hmmm....seandainya Donald Trump masuk Islam, lalu menelisik kembali kebijakan -- kebijakan sebelumnya sehingga lebih membumi seperti Obamacare, lebih menyentuh akar rumput, dan menundukkan kepala memikirkan masa depan orang banyak. Bukankah tokoh terbaik adalah mereka yang berhasil memberikan manfaat kepada banyak rakyatnya.

Hmmm...seandainya Donald Trump ikut sujud dan menangis dalam sujudnya memohon ampunan atas segala tindak tanduk yang (mungkin) banyak menyakiti penduduk dunia.

masjid-malcolm-shabazz-5a59eb07ab12ae1d126d8883.jpg
masjid-malcolm-shabazz-5a59eb07ab12ae1d126d8883.jpg
Oooh...seandainya Trump mengikuti jejak Clasius Clay yang mengganti nama menjadi Muhammad Ali, atlet legedaris Amerika sepanjang masa, atau Thomas J. Abercomble adalah seorang fotografer senior di Amerika yang karya-karyanya menjadi rujukan fotografer modern dunia atau Anne William Kennedy, cendikiawan Inggris dan banyak seperti tokoh dunia lainnya lagi.

Oooh, seandainya Donald Trump masuk Islam. Di hadapan ribuan jamaah, dan disaksikan ratusan juta penonton televisi, Donald Trump berjalan perlahan menuju meja kecil yang sudah disediakan dan telah ditunggu oleh Shamsi Ali, Imam Masjid New York

Ooh...seandainya...

Fb   : abi elha  https://www.facebook.com/abielha

Twitter   :  lukmanrbt

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun