Hubungan baik dengan pemerintah Belanda dan KBRI juga membantu kelancaran operasional masjid. Selain itu, masjid harus menyesuaikan diri dengan aturan lokal, seperti izin bangunan dan larangan pengeras suara luar. Masjid Al-Hikmah juga aktif dalam dialog lintas budaya dan agama, serta bergantung pada donasi komunitas untuk keberlanjutannya.
Dengan dukungan dan adaptasi yang kuat, Masjid Al-Hikmah berkembang menjadi pusat kegiatan keagamaan, sosial, dan budaya bagi diaspora Muslim Indonesia di Belanda.
Hambatan dan Tantangan Masjid Al-HikmahÂ
Masjid Al-Hikmah menghadapi berbagai tantangan sejak awal pendiriannya di Belanda, negara dengan mayoritas penduduk non-Muslim. Salah satu tantangan awal adalah mengubah bangunan bekas Gereja Immanuel menjadi masjid. Untuk menciptakan nuansa Islami, pihak masjid harus mengajukan izin kepada pemerintah kota (Gemeente) hanya untuk sekadar membuat lukisan kubah di jendela, sebagai simbol arsitektur khas masjid. Selain itu, masjid ini tidak diperkenankan menggunakan pengeras suara luar, sehingga suara azan atau bacaan Al-Qur'an hanya terdengar di dalam ruangan.
Masalah kapasitas juga menjadi kendala, terutama saat hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Jumlah jamaah yang hadir sering melebihi kapasitas, hingga harus dibagi menjadi dua gelombang atau melaksanakan shalat di luar ruangan, beralaskan terpal atau papan. Kondisi ini menunjukkan masih terbatasnya ruang ibadah bagi komunitas Muslim Indonesia di Belanda.
Selain hambatan teknis, tantangan juga datang dari proses penyesuaian bangunan gereja tua agar sesuai dengan fungsi dan tata ruang masjid. Hal ini memerlukan perhatian ekstra dari sisi arsitektur dan pengelolaan. Masjid Al-Hikmah dikelola oleh PPME dengan dukungan KBRI Den Haag, namun kerja sama ini membutuhkan komunikasi intensif dan kesamaan visi, agar masjid dapat menjalankan fungsinya sebagai pusat ibadah, pendidikan, dan sosial budaya.
Meskipun dihadapkan pada berbagai keterbatasan, Masjid Al-Hikmah tetap berdiri kokoh sebagai simbol keberadaan, perjuangan, dan solidaritas komunitas Muslim Indonesia di Eropa. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai ruang pertemuan budaya dan identitas, yang memperkuat peran Islam damai di tengah masyarakat multikultural Belanda.
Bentuk Kegiatan Keagamaan, Sosial, dan Budaya Masjid Al-Hikmah
Masjid Al-Hikmah di Den Haag bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan keagamaan, sosial, dan kebudayaan bagi komunitas Muslim Indonesia di Belanda. Dalam aspek keagamaan, masjid ini rutin menggelar shalat lima waktu, shalat Jumat, dan shalat Idul Fitri yang dilaksanakan dalam dua gelombang karena banyaknya jamaah. Selama Ramadhan, masjid menjadi sangat aktif dengan kegiatan pengajian kitab dan buka puasa bersama.
Secara sosial, Masjid Al-Hikmah bekerja sama dengan KBRI Den Haag sejak 1997 dalam menyalurkan bantuan seperti sembako bagi warga Indonesia yang baru datang atau terdampak krisis, termasuk saat pandemi COVID-19. Ini memperkuat solidaritas dan rasa kepedulian dalam komunitas diaspora.
Di bidang kebudayaan, masjid berperan dalam melestarikan tradisi Indonesia melalui kegiatan seperti rebana setiap malam Sabtu. Masjid ini juga menjadi ruang dialog antarbudaya, menarik minat warga non-Muslim yang ingin mengenal Islam dan budaya halal. Dengan beragam aktivitasnya, Masjid Al-Hikmah menjadi simbol identitas dan kebersamaan masyarakat Muslim Indonesia di tengah kehidupan multikultural Belanda.