Mohon tunggu...
AbieLabieba
AbieLabieba Mohon Tunggu... Guru - Belajar sebagai cara hidup

Sekolah Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjual Sisir di Biara Shaolin

21 Juli 2023   00:59 Diperbarui: 21 Juli 2023   01:03 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: AbieLabiebA design

MENJUAL SISIR DI BIARA SHAOLIN
"Refleksi Kegilaan yang mencerdaskan"

Di sebuah hutan terpencil terdapat biara Shaolin yang hanya dihuni oleh para biksu yang tersebar di seluruh kompleks biara. Di suatu hari yang cerah, seorang petugas marketing bernama "Sesar" (bukan nama sebenarnya) memutuskan untuk mengunjungi biara ini dengan tujuan yang unik bahwa dia ingin menjual sisir kepada para biksu yang ada di sana.


Ketika Sesar tiba di biara, dia disambut dengan sopan oleh para biksu yang tenang. Mereka melihat benda-benda yang Sesar bawa dan memperhatikan sisir-sisir yang unik yang ia tampilkan. Para biksu mulai menunjukkan ketertarikan mereka pada sisir-sisir tersebut, dengan ekspresi penuh penasaran di wajah mereka.

Dengan sikap percaya diri, Sesar mengatakan kepada para biksu tentang kelebihan sisir-sisir tersebut. Sisir-sisir itu dirancang dengan indah dengan gambar simbol-simbol budha yang memancarkan harmoni dan kedamaian. Sesar yakin bahwa sisir semacam ini akan sangat cocok dengan gaya hidup sederhana dan pemikiran bijaksana para biksu.

Namun, para biksu tampak bingung. Mereka perlahan menggelengkan kepala sambil menyatakan bahwa mereka tidak perlu sisir itu. Dalam keyakinan mereka, mempertahankan kepala gundul merupakan pengorbanan tulus untuk mencapai kesucian batin. Sisir tidak berguna bagi mereka, dan mereka terus melanjutkan hidup tanpa perlu memikirkan rambut atau penampilan.

Namun, Sesar tidak pantang menyerah. Dia merasa masih ada celah kecil yang membuatnya tidak mundur untuk menjual sisir-sisir tersebut kepada para biksu yang ada disana. Dia pun memutuskan untuk bertanya kepada biksu terdekat, yang tampaknya lebih terbuka untuk berbincang.

Sambil menikmati secangkir teh, Sesar bertanya pada biksu tersebut tentang bagaimana biara Shaolin mempertahankan kehidupan mereka dan membiayai seluruh operasionalnya. Biksupun menjelaskan dengan tulus bahwa biara menerima sumbangan sukarela dari kunjungan para wisatawan serta menjual produk-produk biara, seperti teh dan patung kecil, yang terhubung dengan ajaran mereka.

Pencerahan menyelinap dalam pikiran Sesar. Meskipun para biksu mungkin tidak tertarik dengan sisir, mereka pasti memiliki pengunjung yang mencari makna dan nilai hidup sebagai pengingat yang lebih dalam tentang pengalaman mereka di biara Shaolin. Dalam hati, Sesar mulai merakit rencana baru.

Malam itu, Sesar menghabiskan waktu untuk merancang dan menciptakan ulang sisir-sisirnya, bukan hanya sebagai wadah praktis untuk merawat rambut, tetapi sebagai alat yang melambangkan nilai-nilai dan filosofi Shaolin yang luar biasa sehingga menjadikan sisir-sisir tersebut sebagai bagian penting bagi perjalanan spiritual pengunjung yang datang. Sesar menjadikan sisir-sisir tersebut sebagai simbol kesederhanaan, kebijaksanaan, keberanian, dan belas kasih bagi para pengunjung yang datang bahkan para biksu bisa memberikan hadiah kepada pengunjung  sebagai sovenir menjelang pulang.

Keesokan harinya, Sesar kembali ke biara Shaolin dengan semangat yang tak tergoyahkan. Dia menawarkan sisir-sisir baru kepada para biksu dan menjelaskan kepada mereka makna dan simbol yang ada di balik setiap sisir dalam aura kebijaksanaan. Kali ini, para biksu menjadi tertarik dan mulai memegang sisir-sisir itu dengan penuh perhatian.

Sorak-sorai kecil mengisi ruangan ketika para biksu melihat pentingnya sisir-sisir itu dalam menampilkan etos hidup mereka secara fisik bagi para pengunjung yang ingin membawa pulang suvenir yang berpusat pada pengalaman mereka di biara tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun