Kognisi, atau Kognitif?
Siapa yang tidak tahu tentang arah jalan pulang kerumah masing-masing? Nah tentu kita semua ingat kan jalan yang kita tempuh untuk menuju kerumah. Bukan masalah jalan apa saja yang kita lewati, atau apa saja yang kita temui dijalan, tetapi apa ada yang tahu bagaimana otak itu bekerja? Yah, jawabannya adalah proses kognitif atau proses berfikir. Dimana pada tahapan ini otak di bagi menjadi 3 proses dalam penyimpanan, 1) Sensorik motoric 2) Sort term memory 3) Long term memory.
Pada dasaranya kognisi dan Kognitif sama, artinya pun sama. Kognitif berarti proses berfikir atau proses menangkap, menyimpan/mengelola, sampai menggunakan kembali informasi.
Jean Piaget (1896-1980) Kognitif adalahsalah satu ranah dalam taksonomi pendidikan.Secara umum kognitif diartikanpotensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Dalam perjalananya manusia pada awalnya tidak mengetahui apa yang membuatnya berjalan atau bergerak dalam artian fisik dan nonfisik. Para ilmuwan pada zaman yunani mulai dari plato, aristoteles sampai pada tokoh behaviouristik yang kemudian para pengikut aliran ini menyimpulkan bahwasanya ada proses berfikir yang kemudian menggerakkan manusia.
Rene Dercates mengatakan Cogito ergosum “aku ada karena aku berfikir”. Dari pernyataan Rene ini kemudian mulailah muncul tokoh-tokoh yang baru yang kemudian ditemukannya sebuah arti kognitif atau kognisi ini, yang sampai saat ini kemudian terus dikembangkan.
Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan proses kognitif ini, mulai dari menangkap sampai menggunakan kembali informasi ataupun pengetahuan (knowledge). Terlepas dari itu banyak dari kita yang sebenarnya jarang memahami dan menggunakan proses dan potensi yang ada pada diri mereka masing-masing.
Ada beberapa hal yang sebenarnya mendasar harus kita pahami pada proses ini, yaiut bagaimana sebuah paradigm yang digunakan oleh setiap orang dalam berfikir ataupun menggunakan proses kognisi/kognitif mereka. Terkadang hal ini jarang ataupun tidak pernah kita sadari ataupun bahkan kita terjebak pada paradigm yang kita bangun ataupun kita gunakan.
Kehidupan itu adalah dinamis, setiap tahun, bulan, minggu, hari, jam, hingga detik kehidupan terus berputar, berkembang dan pemikiran-pemikiran baru muncul. Maka disinilah kita sangat membutuhkan yang namanya paradgma berfikir, sehingga kita mempunyai patokan dalam setiap berfikir dan melakukan apa yang kita jalankan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI