Dalam catatan penulis pada hari kamis tanggal 18 Januari 2007 dimulai aksi kamisan. Ini adalah bentuk ekspresi sedih dan kecewa yang dilakukan perwakilan ketidakadlan di depan Istana Negara.
Masyarakat Indonesia melakukan ini dari kalangan keluarga korban pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia. Aksi ini karena arogansi kekuasaan sejak orde baru runtuh bersama bangkitnya kepemimpinan reformasi.
"Giring (nyapres)Â ini sudah dipakai panggung politik PSI tampil dipublik. Relevansi agenda untuk sindiran pada Prabowo, sedangkan aksi kamisan adalah trauma pasca orde baru," Ucap Abdurrofi Abdullah Azzam pada hari Rabu (26/08/2020) jam 16:00 am.
Setiap kamisan datang juga kakek dan nenek berkumpul dengan tua renta, mereka berkata dulu kami senang anak kami diterima kuliah tapi hingga kini mereka belum pulang. Kalau mereka dipenjara tolong tunjukan penjarannya, kalau mereka mati tolong beritahu kuburannya. Kami sudah tak kuat berharap pada pemerintah atas ketidakpastiaan ini. Jangan buat kami terus berharap...Â
Jumlah akumulasi pengaruh Surya Paloh dan jumlah massa umat Islam yang diperlukan untuk membentuk reaksi rantai-rantai komitmen dengan menabrakkan sebutir bahan sub-critical terhadap butiran lainnya dalam kepemimpinan Anies. Kalau tidak suka anies ya jangan pilih Anies tapi kalau tidak suka bahaya laten orde baru masa kita harus pilih Prabowo.
Pasca terpilih Jokowi 2019, bang Surya membangun komunikasi dengan Airlangga, Cak Imin, Suharso, dan Sohibul Iman partai non-pemerintah untuk mengajak dukungan terhadap putra-putri terbaik bangsa yakni Anies Baswedan.
Semua orang sudah tau niat Anies Baswedan sudah tersimpan sejak konveksi demokrat pada tahun 2014. Sementara itu, Nasdem nampaknya tidak membutuhkan PDI-Perjuangan dan Gerindra yang telah melakukan politik transaksional bagi-bagi kursi.
Naluri Golkar, PPP, PKB, PKS dan Nasdem untuk mendukung Anies ibarat ancaman pada Prabowo-Puan. Kecepatan suara dukungan parpol pada Anies ideal hanya tergantung pada suhu dan komposisinya pendekatan bang Surya.