Ozy V Alandika sebagai guru menyerukan tangkap pelaku rasisme, Abu Janda menyebarkan pernyataan provokatif terkait rasisme dan hina Islam. Abu Janda sebagai buzzer selalu menyebarkan pernyataan isu SARA terkait penyebab sakit hati se-Indonesia.
Ini perbuatan tidak hormat menurut aktivis HAM di Indonesia. Pelanggaran hak manusia untuk tidak dibeda-bedakan semakin lama semakin banyak dilontarkan oleh orang yang kerap menggaungkan Pancasila.
Pancasila dianggap tameng untuk melegitimasi Abu Janda untuk melakukan perilaku rasisme sebagai menjadi faktor pendorong diskriminasi sosial, segregasi, kekerasan rasial sampai probabilitas genosida pada orang Papua.Â
Ia berpendapa jangan asal bunyi mengomentari jilbab. Pak Guru merasa sakit hati ketika Abu Janda Islam memang agama pendatang dari Arab, agama asli Indonesia itu sunda wiwitan, kaharingan dan lain-lain. dan memang arogan, mengharamkan tradisi asli, ritual orang dibubarkan, pake kebaya murtad, wayang kulit diharamkan. kalau tidak mau disebut arogan, jangan injak-injak kearifan lokal.
Wahai Abu Janda kenapa engkau tega menyakiti umat Islam terutama pak Guru Ozy. Kita semua tidak terima bahwa Islam disebut agama Arogan. Apakah ini cerminan dari pancasila.
Padahal Jelas di dalam makna sila pertama pancasila mencakup nilai-nilai agama untuk mengatur hubungan negara dan agama agar rukun. Namun Anda sebagai pegiat sosial malah merusak kedamaian Islam dari dalam.
Dalam Islam, munafik adalah golongan manusia yang derajatnya lebih rendah dari pada Muslim biasa. Seseorang yang senang sekali mengatakan sesuatu yang berbeda dari seharusnya.
Abu Janda tidak seharusnya menebar kebencian melalui isu SARA Â membuat sejumlah himpunan guru warganet di Twitter beraksi. Ragam komentar mengenai hal yang dialami SARA.
Abu Janda membangun sentimen tentang identitas diri atau golongan dari agama Islam dan masyarakat Papua, Natalius Pigai. Ini sih benar-benar keterlaluan. Kenapa tega melakukan disintegrasi dengan isu destruktif ini.
Tindakan-tindakan penyebaran tradisi atau ide-ide yang bersifat diskriminatif antar golongan hingga pecah konflik awal tahun di media sosial.