Mohon tunggu...
Abdurrazzaq Zanky
Abdurrazzaq Zanky Mohon Tunggu... petani.

Pikiran-pikiran radikal hanya mungkin dihasilkan oleh sunyi. Itulah kenapa pecinta literasi cenderung suka menyendiri.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hidup Sebagai Seorang Petani: Belajar Menyimak Kearifan Alam

25 Mei 2025   14:13 Diperbarui: 25 Mei 2025   14:13 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau burung kehilangan makanan pokok, kalau ikan-ikan berkurang dari proporsi yang seharusnya, maka belalang pemakan daun akan merajalena karena tak ada pemangsa alami yang mengerti takaran porsi keseimbangan yang dibutuhkan alam. Efeknya bisa merambat-rambat ke mata rantai- mata rantai ekosistem lain yang lebih vital dan tak kasat mata.

Alam mengajarkan harmoni, proporsi, simbiose, dan takaran keseimbangan. Mengeruk dan mengeksploitasi sawah demi produktivitas, senaja mengabaikan kapasitas dan tatanan ekosistem
endemik, hanya akan memupus harmoni produktivitas yang telah digariskan alam. Lahan akan kehilangan imunitas alamiahnya. Sehingga rentan terhadap serangan dan penetrasi hama-hama pendatang.

Suasana Hati Seturut Gejala Alam
Kalau anda sudah puluhan tahun bertani, maka anda rentan terserang perasaan misterius seperti yang saya rasakan dalam hubungannya dengan lahan garapan dan musim yang menyapihnya.
Saya adalah anak asuh sawah ladang. Saya dibina, diukir, ditempa, dan dihidupi oleh ladang garapan saya. Antara kami telah terjalin kerjasama, saling pengertian, permakluman, dan rasa keterkaitan yang sulit dijelaskan. Seperti layaknya anak dan orangtua, hubungan kami telah memasuki tahap lahir batin.  Kami bisa saling memahami lewat kerja-kerja fisik, juga bisa saling terhubung dan merasakan getaran perasaan masing-masing lewat gejala dan pralambang yang tak mesti diucapkan.

Begitulah. Berkat pergaulan kami yang intens selama berpuluh tahun, siang malam, maka hati dan perasaan saya jadi ikut lekat dengan siklus-siklus alam. Saya jadi sangat terlibat secara emosional dengan gejala-gejala alam. Saya dapat merasakan paparan-paparan psikologis yang intens dan nyata ketika musim beraksi membolak-balik tabiatnya.

Hujan yang turun sepanjang malam setelah kemarau berkepanjangan, bukan hanya memabasahi tanah yang kering kerontang, namun juga meluahkan harapan dan kegembiraan dalam hati saya. Aroma tanah yang menguap di udara, genangan air yang merembeti rengkahan-rengkalah sawah, bunyi katak yang bersahutan tak putus-putus, juga desau angin yang memiuhkan dahan-dahan, jadilah orkestrasi mistis yang mengusap-ngusap perasaan dalam tentram. Melambungkan angan ke sana kemari. Saya bisa tenggelam berjam-jam dalam dunia imajinasi dan inspirasi.

Begitupun kemarau, kabut, angin badai, banjir, dan serangan hama akan menimbulkan kesannya masing-masing dalam hati saya. Alam mempunyai pola interaksinya sendiri yang harus terus disimak dan dipelajari. Seekor laba-laba akan membuat jaringnya secara vertikal ketika musim hujan. Dan menganyamnya jadi horisontal ketika kemarau menjelang. Apabila ikan-ikan betok turun seluruhnya ke sungai dan danau, itu pertanda hujan tidak akan turun dalam waktu yang lama. Mereka adalah jenis ikan paling kuat daya tahannya karena bersisik tebal, insang dan sirip yang kuat, hingga mampu berjalan beratus-ratus meter tanpa air untuk sampai ke tempat tujuan. Mereka adalah penghuni terakhir persawahan sebelum musim kering datang.

Siklus-siklus musim serta ragam kehidupan hewan dan tumbuhan yang menyertainya, mengirimkan sinyal, ikhtiar komunikasi, tuntutan pengamatan, serta peluang eksprementasi kepada saya. Pola hidup, rumus regenerasi, daya adaptasi, keunikan, kejutan-kejutan tingkah laku seluruh ragam hayati tersebut mengajari saya banyak hal yang belum sempat dituliskan orang. Bahwa lidah alam itu lebih fasih dari lidah manusia.

Tiba-tiba saya merasakan bahwa gradasi dan perubahan iklim, datang dan perginnya suatu kawanan hewan, serta tumbuh dan berkembangnya suatu tanaman sangat erat kaitannya dengan kepentingan saya. Mempengaruhi banyak segi kehidupan saya. Karena sejatinya eksistenti saya sebagai manusia persis berada di tengah-tengah bios besar kehidupan alam semesta. Maka saya mesti menari seturut musim. Belajar mengasah intuisi untuk menebak kehendak musim. Bahkan belajar merasakan dengan penuh kesadaran emosi-emosi religius yang dipancarkan alam dari lubuk nuraninya yang terdalam.

Manusia adalah bagian utuh dari takdir dan kehendak alam. Kita hanya perlu terus mengasah kepekaan dan kepedulian agar bisa ikut berpartisipasi dalam karnaval agung ritus harmoni dan komplementasi besar tersebut.

Hukum Tabur Dan Tuai
"Siapa menabur angin maka akan menuai badai." Demikian pepatah yang sering kita dengar. Seseorang akan menerima akibat dari perbuatannya. Atau seseorang akan memetik hasil sesuai dengan jerih payah yang diusahakannya.

Seorang petani harus terus belajar memahami karakter varietas padi yang ditanamnya. Punya ketrampilan khususnya sendiri yang bersifat mandiri. Lepas dari terori dan pengalaman-pengalaman umum yang diceritakan orang. Ia harus mampu mempredeksi umur padi, kelemahan dan kelebihannya, jenis tanah dan cara pengolahannya, perkiraan debit air minimal dan maksimalnya, batas imunitasnya terhadap cuaca, jarak tanam ideal, dan cadangan-cadangan rencana andai terjadi anomali cuaca. Namun sejauh kejadian yang sering saya alami, usaha yang tepat cermat memang sangat menentukan pada hasil yang akan kita dapat. Alam adalah mandor yang cermat. Apa yang kita usahakan itulah yang akan kita dapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun