Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Penulis Buku Non Fiksi (BNSP)

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Antara Mi Kocok dan Dilema Kereta Cepat, Melirik APBN

12 Oktober 2025   08:02 Diperbarui: 12 Oktober 2025   08:02 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wajah Kereta Cepat yang Membanggakan  (Foto : Kompas.Money)

Bayangkan begini.Warga Jakarta pengin banget makan Mi Kocok Bandung --- panas, kental, gurih.Sebaliknya, warga Bandung ngidam Soto Betawi yang santannya tebal dan empingnya renyah.

Tapi setiap kali Mi Kocok dikirim ke Jakarta, kuahnya keburu dingin.
Soto Betawi yang dibawa ke Bandung pun basi di tengah jalan tol.
Lalu muncul ide besar:

"Kita buat kereta cepat! Biar Mi Kocok masih panas waktu sampai Jakarta, dan Soto Betawi tetap segar saat tiba di Bandung."

Dari Dapur ke Rel

Begitulah awalnya proyek Kereta Cepat Jakarta--Bandung (KCJB) berdiri.
Empat BUMN --- KAI, Wijaya Karya, Jasa Marga, dan PTPN VIII --- sepakat patungan dalam dapur baru bernama KCIC.
Negara bilang:

"Silakan, asal jangan pakai uang dapur negara. Ini bisnis murni --- B to B."

Artinya, kalau nanti Mi Kocoknya laris dan Soto Betawinya viral, keuntungannya dibagi.
Tapi kalau sepi pembeli, ya tanggung bareng, jangan tiba-tiba minta APBN ikut bayar cicilan.

Kuahnya Meluber, Uangnya Seret

Masalahnya, setelah restoran megah itu buka, modalnya keburu bengkak.
Harga bahan naik, alat masak impor mahal, dan pembeli belum seramai harapan.
Sementara tagihan dari China Development Bank sudah datang lebih cepat dari jadwal keberangkatan Whoosh.

Akhirnya, para koki BUMN mulai melirik meja makan negara.

"Pak, bolehkah APBN bantu sedikit? Demi nama baik nasional..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun