Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Penulis Buku Non Fiksi (BNSP)

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gencatan Senjata Politik

26 Juni 2025   07:44 Diperbarui: 26 Juni 2025   07:44 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerusakan Akibat Perang, Belum lagi nyawa Manusia ( Foto Kompas.Com/AFP/JACK GUEZ)

"Kalau Iran dan Israel bisa menahan rudal, masa kita tak bisa menahan cuitan?"

Gencatan senjata politik juga bukan kekalahan. Ia justru kemenangan strategi: energi yang tadinya dihabiskan membakar lawan di talk-show bisa dialihkan untuk merancang sistem logistik pangan, memperluas jaringan 5G, atau menguatkan UMKM.

Menangkan Rakyat, Bukan Sekadar Pemilu

Hakikat demokrasi bukan berakhir di bilik suara; ia berujung pada roti di meja, pekerjaan di tangan, dan sekolah yang terjangkau. Pesta rakyat tak berhenti pada malam rekapitulasi, tetapi pada saat angka kemiskinan turun.

Itulah sebabnya bangsa ini perlu sunyi sejenak---bukan sunyi pasif, melainkan hening produktif: parlemen fokus legislasi pro-pekerja, pemerintah eksekusi program tanpa drama reshuffle, oposisi mengawasi dengan data, bukan dengki. Di situlah gencatan senjata politik menemukan maknanya: diam demi bekerja, bukan diam demi diam.

"Rudal bisa dihentikan dengan perjanjian; narasi hanya bisa dihentikan bila hati memilih diam demi rakyat."

Jika elite bersedia menukar satu konferensi pers dengan satu rapat teknis pembangunan, menunda satu deklarasi kemenangan untuk satu deklarasi harga pupuk stabil, Indonesia akan memenangkan yang lebih penting daripada pemilu: kepercayaan warga---mata uang paling berharga sebuah republik. Sunyi itu, percayalah, akan lebih meriah daripada kembang api kampanye mana pun.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun