"Kalau Iran dan Israel bisa menahan rudal, masa kita tak bisa menahan cuitan?"
Gencatan senjata politik juga bukan kekalahan. Ia justru kemenangan strategi: energi yang tadinya dihabiskan membakar lawan di talk-show bisa dialihkan untuk merancang sistem logistik pangan, memperluas jaringan 5G, atau menguatkan UMKM.
Menangkan Rakyat, Bukan Sekadar Pemilu
Hakikat demokrasi bukan berakhir di bilik suara; ia berujung pada roti di meja, pekerjaan di tangan, dan sekolah yang terjangkau. Pesta rakyat tak berhenti pada malam rekapitulasi, tetapi pada saat angka kemiskinan turun.
Itulah sebabnya bangsa ini perlu sunyi sejenak---bukan sunyi pasif, melainkan hening produktif: parlemen fokus legislasi pro-pekerja, pemerintah eksekusi program tanpa drama reshuffle, oposisi mengawasi dengan data, bukan dengki. Di situlah gencatan senjata politik menemukan maknanya: diam demi bekerja, bukan diam demi diam.
"Rudal bisa dihentikan dengan perjanjian; narasi hanya bisa dihentikan bila hati memilih diam demi rakyat."
Jika elite bersedia menukar satu konferensi pers dengan satu rapat teknis pembangunan, menunda satu deklarasi kemenangan untuk satu deklarasi harga pupuk stabil, Indonesia akan memenangkan yang lebih penting daripada pemilu: kepercayaan warga---mata uang paling berharga sebuah republik. Sunyi itu, percayalah, akan lebih meriah daripada kembang api kampanye mana pun.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI