Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Penulis Buku Non Fiksi (BNSP)

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Strategi Sunyi

13 Juni 2025   06:24 Diperbarui: 13 Juni 2025   06:24 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bryan Mill Pensiunan yang Bergerak dalam sunyi (Foto diunggah dari Kompas.com /IMDb.

Bryan Mills, Usman-Harun, dan Pelajaran dari Keheningan yang Mengguncang

Ketika para purnawirawan bersuara lantang soal pemakzulan, saya justru teringat pada Bryan Mills. Bukan karena ia pensiunan CIA, tapi karena ia tak pernah bikin surat terbuka. Ia hanya bergerak. Sunyi. Tapi mematikan.

Di tengah riuh politik hari ini---surat terbuka ke DPR, pernyataan sikap di media, analisis pakar di tiap kanal YouTube---saya justru merenung:
Apakah ini langkah taktis? Atau justru membuka ruang bagi lawan untuk menyusun langkah lebih cepat, lebih licin, lebih sistematis?

Dan di titik ini, bayangan Bryan Mills muncul begitu jelas.

Sunyi yang Bekerja

Ia bukan orator. Ia bukan komandan pasukan.
Bryan Mills adalah pensiunan agen, ayah biasa, tanpa kekuasaan formal. Tapi ketika anaknya diculik, ia tak menunggu negara.
Tak juga berkoar-koar.

Yang ia lakukan: bergerak.
Membaca petunjuk. Menghimpun jejak. Menyusup ke jantung musuh.
Tanpa unggahan story, tanpa surat terbuka, tanpa press release.

Bagi Bryan, kekuatan bukan pada suara---tapi pada arah.
Bukti yang kuat, bukan opini yang nyaring, adalah senjatanya.

Usman-Harun: Sunyi yang Disiplin

Dan Bryan Mills bukan satu-satunya simbol strategi sunyi. Kita punya yang lebih nyata: Usman dan Harun.
Prajurit kecil dari Indonesia yang menyusup ke Singapura tahun 1965.
Tanpa kamera. Tanpa publikasi.
Tapi dengan satu misi: menanam pesan strategis di tengah kota yang dijaga ketat.

Mereka tak tampil di forum internasional.
Tak menulis keluhan diplomatik.
Mereka menyusup, menjalankan tugas, lalu tertangkap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun