Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Penulis Buku Non Fiksi (BNSP)

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Generasi Sandwich Tidak Selalu Menderita, Realitas Cawe Cawe Yang Terlupakan !

1 Juni 2025   05:42 Diperbarui: 1 Juni 2025   05:42 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banyak Generasi Sandwich yang ditopang, Apalagi Jika keduanya Bekerja,Orangn Tua/Mertua Rela Cawe Cawe Demi Cucunya ( Foto : Pexels.com). 

Kita terlalu sering disuguhi narasi tentang Generasi Sandwich sebagai generasi paling apes dalam sejarah modern. Usia 30--50 tahun, baru mapan sedikit, tapi harus menanggung orang tua di atas dan anak-anak di bawah. Disebut sebagai "roti isi" yang dijepit beban hidup dari dua arah.

Namun apakah betul mereka selalu terjepit?

Saya ingin mengajak kita membaca ulang narasi ini, dengan kacamata yang lebih membumi. Dalam banyak keluarga Indonesia, terutama di masyarakat Jawa, generasi sandwich tidak selalu jadi korban. Banyak dari mereka justru masih tertolong, bahkan ditopang, oleh orang tua dan mertua yang tetap aktif cawe-cawe dalam kehidupan anak-anaknya.

Cawe-Cawe,Etika Sosial, Bukan Sekadar Ikut Campur

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, "cawe-cawe" berarti ikut membantu mengerjakan, membereskan, atau menangani sesuatu. Dalam budaya Jawa, makna ini jauh lebih dalam. Cawe-cawe bukanlah intervensi, tapi partisipasi. Bukan sok tahu, tapi bentuk kasih sayang yang diam-diam hadir.

Orang tua yang bilang, "Ibu mau nengok cucu ya..." kadang tidak sekadar ingin main.
Ia ingin tahu apakah rumah tangga anaknya sehat. Apakah anaknya rukun dengan pasangannya. Apakah cucunya bahagia.

Itu bukan sekadar rindu, tapi bentuk cawe-cawe alus --- terlibat tanpa mengganggu, hadir tanpa mengatur.

Sandwich dengan Selai Bantuan

Kita sering mengasihani generasi sandwich seolah-olah mereka ini pahlawan tanpa bantuan. Tapi dalam kenyataan, banyak dari mereka hidup lebih ringan karena disangga generasi atas yang tidak pernah berhenti cawe-cawe.

Rumah masih tinggal di tanah orang tua.

Anak diantar jemput kakek-nenek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun