Alvin Toffler dan John Naisbitt, Karya atau Ijazah?
Sekarang kita tengok ke dunia pemikiran futuristik. Alvin Toffler dan John Naisbitt adalah dua tokoh besar yang mengguncang dunia dengan ide-ide mereka. Toffler dengan buku "Future Shock" dan "The Third Wave", serta Naisbitt dengan "Megatrends" -- semuanya menawarkan pandangan yang melampaui zaman.
Yang menarik, karya-karya mereka bukanlah hasil dari pakem akademik yang kaku. Mereka tidak terlalu peduli dengan gelar doktor atau metodologi riset ala kampus. Justru karena berpikir bebas dari belenggu akademik, mereka mampu melahirkan gagasan spektakuler yang masih relevan hingga sekarang.
Apakah kita pernah menggugat ijazah Toffler atau Naisbitt ketika membaca karya mereka? Tidak. Kita justru menikmati gagasan brilian yang membawa kita merenungkan masa depan dengan sudut pandang yang lebih segar.
Jika kita terjebak pada kaku dan baku dunia akademik, mungkin karya-karya tersebut tidak akan pernah lahir. Jadi, wajar kalau Rocky Gerung bilang, "Ijazah bukan tanda orang pernah berpikir."
Realita vs. Formalitas
Kalau kita bandingkan dengan Jokowi, mungkin ada yang bertanya: apakah ijazahnya asli atau palsu? Tapi, mengapa tidak fokus pada apa yang telah dilakukannya? Rakyat lebih merasakan jembatan penghubung dan jalan mulus daripada sekadar kertas pengakuan akademik.
Seperti halnya Toffler dan Naisbitt, Jokowi juga punya gagasan besar dalam membangun infrastruktur. Bedanya, gagasan itu tidak dituangkan dalam buku, tetapi diwujudkan dalam proyek nyata di lapangan. Jadi, yang lebih penting bagi kita adalah apa yang bisa dinikmati masyarakat dari karya pemimpin, bukan sekadar lembaran yang menandai gelar.
Refleksi, Kertas atau Karya?
Pada akhirnya, kita sebagai masyarakat tentu lebih menghargai hasil nyata daripada terjebak pada legalitas administratif yang mungkin tidak relevan. Kalau kita sibuk mengulik selembar ijazah masa lalunya, kita justru mengabaikan apa yang sudah dikerjakannya selama 10 tahun.
Seperti halnya Daendels yang diingat karena jalan Anyer-Panarukan, bukan gelarnya, Jokowi juga akan dikenang bukan karena nomor ijazahnya, tapi karena jalan-jalan yang membentang menghubungkan rakyat.