Apa itu menolong? Dalam pengertian paling sederhana, menolong adalah tindakan memberi bantuan kepada orang lain yang sedang berada dalam kesulitan.Â
Namun dalam dimensi yang lebih filosofis, menolong adalah tindakan kemanusiaan yang lahir dari nurani---bentuk kepedulian yang tidak mengharap pamrih.
Menolong sejati seperti melepaskan anak panah ke udara. Ia melesat, meninggalkan pemiliknya, tanpa pernah diharapkan kembali. Namun di tengah dunia yang makin kompleks, niat menolong sering berbenturan dengan kepentingan pribadi. Maka muncullah bentuk baru: menolong yang menggoda.
Ketulusan vs Pamrih
Ada dua wajah dari pertolongan. Wajah pertama adalah keikhlasan, Â menolong karena itu hal yang benar. Tanpa mengungkit, tanpa menanti balasan.Â
Seperti yang sering ditampilkan oleh King Kevin di TikTok. Ia bercerita tentang orang-orang kecil, dengan narasi yang hangat dan menyentuh. Kita yang menonton bisa larut dan berkata dalam hati, "Masih ada orang baik di dunia ini."
Namun ada juga sisi lain, menolong dengan pamrih. Tindakan memberi yang sebenarnya menyimpan harapan untuk dibalas. Mungkin dalam bentuk penghargaan, pengakuan, bahkan... afeksi.Â
Tak jarang, ini dibungkus dalam kata-kata manis: "Aku ikhlas kok," padahal hatinya berharap sesuatu lebih dari sekadar terima kasih.
Robert McCall dan Moralitas Pertolongan
Dalam film The Equalizer, Robert McCall, mantan agen rahasia, hidup tenang hingga dia bertemu Alina---seorang gadis muda yang dijual dalam jaringan prostitusi.Â
Ia bukan keluarga, bukan teman, hanya seseorang yang sering ia lihat di kafe.
Ketika Alina dianiaya oleh germo mafia, McCall tak bisa tinggal diam. Ia mencoba membayar penebusan, namun ditertawakan.Â
Maka nalurinya bangkit. Ia menghancurkan bukan hanya para germo, tetapi juga seluruh sindikat gelap yang berdiri di atas penderitaan orang lain.
Apa yang dilakukan McCall tidak ditujukan untuk dikagumi. Tidak ada selfie, tidak ada kamera tersembunyi. Ia menolong karena tak tahan melihat ketidakadilan. Ia pergi tanpa pamit. Ini menolong dalam makna paling mulia. tak bersuara, tapi berdampak.
Lalu, Di Mana Letak Godaannya?
Sekarang kita masuk ke bagian yang agak sensitif tapi nyata. Ketika seseorang yang mapan, punya kekuasaan, menolong seorang mahasiswi cantik---membayarkan uang kuliahnya, memberi tempat tinggal, fasilitas, bahkan mungkin kendaraan---itu terdengar seperti kebaikan, bukan? apalagi dilakukan dengan diam tanpa ada yang tahu..
Tapi publik cepat menangkap aroma yang lain. Apalagi kalau yang ditolong bukan sembarangan. Cantik. Sering muncul di story. Dekat secara personal. Relasi kuasa terlihat timpang.
Kasus RK yang viral jadi contoh bagaimana niat menolong bisa berubah arah ketika dikaburkan oleh hasrat, ketertarikan, dan kedekatan yang tidak biasa. Bukan soal benar atau salah secara hukum, tapi soal etika dan persepsi.
Di titik inilah "menolong" menjadi penuh tanda tanya. Apakah ini betul murni? Ataukah menyimpan motif tersembunyi?
Refleksi untuk Kita Semua
Menolong adalah tindakan yang seharusnya lahir dari kasih, bukan dari keinginan untuk dikasihi. Tapi realita sosial menunjukkan bahwa niat baik bisa tergoda.Â
Bisa terjebak dalam relasi yang tidak sehat. Bahkan bisa berubah jadi bentuk baru dari penguasaan terselubung.
Maka penting bagi siapa pun yang menolong---apalagi dari posisi kuasa---untuk menjaga integritas niat. Menolong bukan ajang mendekatkan diri secara personal. Bukan pula pintu masuk ke wilayah emosional yang semestinya tidak dilanggar.
Mungkin kita semua perlu jujur, " Jika yang ditolong bukan mahasiswi cantik, bukan karyawan muda berparas rupawan, bukan influencer dengan senyum menawan... apakah kita masih mau membantu? "
Jika jawabannya tidak, maka mungkin kita sedang tidak benar-benar menolong---kita sedang berharap.
Jadi mari kita renungkan :Â
Ketika menonton cerita pendek King Kevin, kita menjadi baper dan terharu.
Ketika menonton film The Equalizer, kita menjadi termotivasi.
Tapi ketika membayar biaya kuliah mahasiswi... bisa jadi malah menjadi rindu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI