Mohon tunggu...
Abdul Rahim
Abdul Rahim Mohon Tunggu... -

Saya adalah lulusan fakultas hukum yang menyukai IT. Menulis hanya untuk mengisi waktu luang dan mencurahkan gagasan yang terpendam di otak agar tidak mampet.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelajaran Berharga dari Seorang Menteri Selandia Baru

25 Februari 2010   14:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:44 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tadi saya membaca sebuah berita pada situs okezone.com tentang seorang menteri di Selandia Baru yang mundur karena merasa bersalah menggunakan fasilitas pembiayaan negara untuk membeli dua botol yang harganya kira-kira Rp.6,4 juta, padahal fasilitas itu memang disediakan untuknya. Sebetulnya sang menteri tidak bersalah & hanya keliru. Karena merasa bersalah dan bertanggung jawab, dia minta maaf dan menggundurkan diri. Melihat hal seperti ini saya jadi miris melihat kelakuan pejabat di Indonesia yang suka bermewah-mewah dan menghambur-hamburkan uang negara untuk hal-hal yang mubazir. Selain itu pejabat di Indonesia ini susah minta maaf walaupun kebijakan yang mereka bikin sering menyusahkan rakyat. Coba kita perhatikan, adakah pejabat yang bertanggung jawab terhadap kebijakan bailout Bank Century minta maaf atas kekeliruannya yang menyebabkan kerugian Rp.6,7 trilyun? Kebanyakan pejabat yang berbuat salah di Indonesia ini selalu mencari-cari alasan pembenaran terhadap tindakan yang dilakukannya, atau mereka mencari kambing hitam yang bisa disalahkan untuk menutupi kebobrokan yang mereka lakukan. Mungkin berita yang saya kutip di Okezone ini dapat memberikan pencerahan bagi kita semua, terutama sekali bagi pemimpin-pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Selamat membaca: Beli Anggur, Menteri Kehilangan Jabatan Kamis, 25 Februari 2010 - 18:38 wib Fajar Nugraha - Okezone Ilustrasi: Ist WELLINGTON - Seorang menteri di kabinet Selandia Baru mengundurkan diri dari jabatannya setelah terlibat dalam skandal menggelikan. Hanya karena membeli dua botol anggur, dia terpaksa kehilangan jabatannya. Menteri Perumahan Selandia Baru Phil Heatley meminta maaf dan berjanji untuk membayar uang sebesar 1000 dolar Selandia Baru atau sekira Rp6,4 juta (Rp6,450 per dolar Selandia Baru). Uang tersebut dia keluarkan untuk membeli dua botol anggur, yang ditagihkan kepada kartu kredit milik pemerintah yang sudah menjadi fasilitas dirinya. Insiden ini diketahui oleh media setempat yang kemudian menjadikannya sebagai berita utama saat itu. Dalam pengakuannya, Menteri Heatley keliru telah mengira dua botol yang dia beli di konferensi Partai Nasional, sebagai makanan untuk dia serta istrinya. "Saya tidak ada maksud untuk menjadi fokus pengalihan dari kinerja pemerintah saat ini. Saya sudah mewakili masyarakat untuk duduk di kabinet, namun melakukan melakukan kesalahan," ungkap Heatley, seperti dikutip AFP, Kamis (25/2/2010). Auditor Pemerintah Selandia Baru sendiri berencana untuk memeriksa pengeluaran dari Heatley, dan kemungkinan besar dia akan kembali ke kabinet atas tindakannya yang dianggap sebuah kesalahan yang tidak disengaja. Hal itu juga di sebutkan oleh Perdana Menteri Selandia Baru, John Key. "Saya tidak memiliki alasan jika Menteri Heatley berbuat tidak jujur. Namun tetap saja amat penting bagi pihak auditor untuk menyelidiki insiden ini, agar meyakini jika uang rakyat tidak dihabiskan untuk kepentingan pribadi pejabat," ucap Perdana Menterti John Key. Heatley sendiri telah mengembalikan semua pengeluaran yang dia habiskan saat liburan bersama keluarganya, yang kebetulan berkaitan dengan pekerjaannya. Heatley merupakan menteri kedua di kabinet Selandia Baru sejak Partai Nasional berkuasa pada 2008 lalu. Sebelumnya Richard Worth memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai Menteri Dalam Negeri tahun lalu, akibat terjerat skandal seks. (faj)(rhs)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun