Mohon tunggu...
Abdul Muis
Abdul Muis Mohon Tunggu... Jurnalis - olahraga

Desa Untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kembali ke Titik Nol

12 September 2019   11:47 Diperbarui: 12 September 2019   11:55 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga anak, semuanya sukses... berpendidikan tinggi sampai ke luar negeri...
Ada yang sekarang berkarir di luar negeri...
Ada yang bekerja di perusahaan asing dengan posisi tinggi...
Dan ada pula yang jadi pengusaha ...

Soal Ekonomi, saya angkat dua jempol semuanya kaya raya...

Namun....
Saat tua seperti ini dia "merasa hampa", ada "pilu mendesak" disudut hatinya..

Tidur tak nyaman...
Dia berjalan memandangi foto-foto masa lalunya ketika masih perkasa & enegik yg penuh kenangan

Di rumah yang besar dia merasa kesepian, tiada suara anak, cucu, hanya detak jam dinding yang berbunyi teratur...

Punggungnya terasa sakit, sesekali air liurnya keluar dari mulutnya....
Dari sudut mata ada air yang menetes.. rindu dikunjungi anak-anak nya


Tapi semua anak nya sibuk dan tinggal jauh di kota atau negara lain...
Ingin pergi ke tempat ibadah namun badan tak mampu berjalan....

Sudah terlanjur melemah...

Begitu lama waktu ini bergerak, tatapannya hampa, jiwanya kosong, hanya gelisah yang menyeruak...
sepanjang waktu ....

Laki-laki renta itu, barangkali adalah Saya... atau barangkali adalah Anda yang membaca tulisan ini suatu saat nanti_
Hanya menunggu sesuatu yg tak pasti...
yang pasti hanyalah KEMATIAN.
Rumah besar tak mampu lagi menyenangkan hatinya..._
Anak sukses tak mampu lagi menyejukkan rumah mewahnya yang ber AC...
Cucu-cucu yang hanya seperti orang asing bila datang..._
Asset-asset produktif yang terus menghasilkan, entah untuk siapa .?

Kira-kira jika malaikat "datang menjemput", akan seperti apakah kematian nya nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun