Orang ini mencitrakan dirinya sebagai orang yang netral. Tapi pada akhirnya, dia tidak lagi jauh dari netralitas. Bukan hanya jauh dari netralitas, ia juga jauh dari akal sehat. Mengapa ia jauh dari akal sehat? Sederhananya publik akan menilai seperti ini.
Di mana akal sehat, dari seorang cendekiawan, ketika ia mendukung pembohong dan orang yang tidak jelas masa lalunya?
Pertanyaan itu terus menerus terngiang-ngiang dalam diri para warga. Publik mengetahui bahwa selama ini, rekam jejak dari Prabowo ini kurang baik.
Dia bukan birokrat. Tidak ada rekam jejak yang menunjukkan bahwa orang ini pernah memimpin sekumpulan warga. Sebagai mantan pemimpin? Betul. Tapi memimpin tentara berbeda jauh dengan memimpin rakyat.
Coba perhatikan, siapa saja yang mendukungnya, cenderung tidak memiliki karakter yang baik. Karakter mereka cenderung menjeleki-jelekkan petahana. Tidak ada ruang dan diskursus bagi kebaikan. Di sana penuh dengan kebencian, ketidaksukaan, fitnah, caci maki dan sebagainya. Tidak ada ruang bagi kebaikan dan hati nurani.
Malah ucapan-ucapan yang terlontar, semua bernada negatif. Segala sesuatu jika selalu diutarakan dengan intonasi dan konten bernada negatif, itu tidak akan pernah membawa kebaikan. Contohnya sederhana.
Dungu, bubar, bocor, punah, gebrak meja, dan sebagainya. Inikah pemimpin idaman kalian?
Begitulah akal sehat.