Mohon tunggu...
Abdullah Zain
Abdullah Zain Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Mahasiswa Universitas Diponegoro

In Harmonia Progressio

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tidak Ada Solusi untuk Mengatasi Pengangguran di Indonesia, Tanpa Hal Ini

1 Maret 2021   16:40 Diperbarui: 1 Maret 2021   16:45 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya nulis ini setelah mengikuti kegiatan kuliah secara daring dengan mata kuliah "Kewirausahaan", diawal pembukaan dosen saya juga bilang "walaupun kalian ini anak teknik, tapi tidak apa ya, saya isi mata kuliah kewirausahaan, semoga nanti bermanfaat untuk kedepannya", kuliah pun dimulai dengan kondusif, beliau menjelaskan panjang lebar, ngalor ngidul tentang dunia usaha. 

Dan yang paling membuat saya agak tercengang ketika beliau menyampaikan bahwa salah satu tujuan dari berwirausaha itu adalah untuk menciptakan lapangan pekerjaan, karena masih banyaknya pengangguran di Indonesia.

Dan benar, ternyata lumayan juga jumlah pengangguran di Indonesia, per tahun 2020 Dapat mencapai sekitar 9juta orang, belum ada sejarahnya jumlah pengangguran di Indonesia ini dapat teratasi hingga 0%, dan kita juga tahu pemerintah dengan segala upaya terus berusaha untuk menekan angka pengangguran, mulai dari perusahaan-perusahaan padat karya, kartu pra kerja, Badan Latihan Kerja (BLK), Kredit Usaha Rakyat, dan masih banyak lagi.

Lalu sebenarnya kita ini kurang apa lagi, kok masih ada terus pengangguran di Indonesia?. Coba kita uraikan, antara jumlah lulusan SMK/SMA/MAN dan lulusan Kuliah tiap tahun, dibanding dengan jumlah lowongan pekerjaan di Indonesia tiap tahun, tanpa melihat data saja kita sudah dapat pastikan bahwa setiap tahun akan lebih banyak jumlah lulusan anak sekolah dan kuliah dibanding dengan jumlah lowongan pekerjaan di Indonesia. Ini adalah PR pertama.

Kemudian apakah solusinya hanya menciptakan lapangan kerja? Ternyata tidak sesederhana itu, sebab lain yang juga ikut serta adalah angka pertumbuhan penduduk di Indonesia yang tinggi. Walaupun sudah dikampanyekan program KB (keluarga Berencana) dengan slogan "dua anak cukup", ternyata hal tersebut kurang dapat berjalan sukses. 

Tetangga saya yang baru menikah tahun 2014 saja sudah punya anak empat, dan tidak menutup kemungkinan akan menambah buah hati lagi dikemudian hari. Tentunya ini menjadi PR kedua.

Mungkin itu yang melandasi adanya mata kuliah kewirausahaan di Kampus saya. Tapi tidak hanya sampai disitu tantangan untuk mengentaskan dari jurang pengangguran di tanah air. Hampir semua orang termasuk saya, mungkin juga anda pasti ingin menjadi seorang "Bos" menjalankan bisnis, dan menciptakan lapangan pekerjaan. Banyak yang sudah mencoba, namun sedikit yang dapat berhasil. Tambah lagi, ini adalah PR ketiga.

Fenomena modernisasi yang membuat teknologi berkembang pesat ini sangat mempengaruhi nasib para pekerja di Indonesia. 

Seperti kita tahu bahwa teknologi mempunyai visi utama dapat membantu pekerjaan manusia agar lebih efisien, namun hal itu tidak selamanya berdampak baik, pasalnya jumlah pekerja di perusahaan tersebut akan ikut berkurang karena digantikan dengan mesin-mesin canggih. Tidak perlu saya beri contoh anda pasti sudah tahu sendiri. Ini adalah PR keempat.

Total sudah empat PR yang kita temukan, dan berbagai terobosan pemerintah juga belum dapat mengatasinya. Jadi apakah mungkin Indonesia tercinta ini dapat mengatasi kasus pengangguran? Dengan tegas saya sampaikan "Bisa!" kalau pak Gita Wirjawan bilang "pipanya sudah banyak!" itu sangat benar, bahwa kata "pipa" disini diartikan "akses!". 

Dunia modern ini sudah banyak akses, untuk bidang apapun itu, dari youtube, Spotify, Instagram, facebook, market place, website, dan berbagai akses yang lain, terutama untuk mengatasi masalah pengangguran. kita sudah memasuki era digitalisasi, semua makin gampang, tinggal mau engga?. Hal yang perlu ditanamkan adalah pekerjaan itu tidak selalu yang pakai seragam, di perusahaan, dengan jam kerja dan gaji tetap, PNS, atau anggapan yang serupa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun