Mohon tunggu...
abdul jamil
abdul jamil Mohon Tunggu... Mahasiswa - selalu belajar

Tukang Ketik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tolak Penyebaran Pandemi Covid-19 dengan Mengelola Budaya Risiko

17 September 2021   16:50 Diperbarui: 15 Februari 2022   23:14 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat vaksin Booster

Terdapat tiga jenis kejadian, yang selalu dihadapi oleh manusia, yaitu kepastiaan, kemungkinan dan mustahil. bahwa orang setelah makan akan merasa kenyang, setelah minum akan hilang rasa haus, adalah sebuah kepastian.  Begitu juga kemustahilan, dapat dicontohkan bahwa matahari mustahil terbit dari barat. 

maka, diketahui bahwa kepastian dan kemustahilan dapat diketahui sekalipun belum diperbuat. Perbuatan makan dan minum, juga matahari yang akan terbit adalah kepastian. Adapun kemungkinan, adalah kejadian atau perbuatan yang memberikan hasil dari dua hal, berhasil atau tidak berhasil. seorang yang memiliki hoby mancing, maka akan dihadapkan pada kejadian kemungkinan, yaitu: bisa mendapatkan ikan atau tidak mendapatkan ikan.

Ketidakpastian yang terjadi di dunia ini membuat manusia terus berusaha mengenali dan beradaptasi dengan keadaan tersebut. Setiap masalah yang timbul saat ini seringkali berhubungan dengan kekeliruan dalam pengambilan keputusan terkait ketidakpastian dimasa lalu. Hal ini lumrah terjadi mengingat kita tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Hal tersebut bisa disebabkan karena kondisi saat pelaksanaan tidak sama dengan apa yang diprediksikan sebelumnya.

Saat ketidaksesuaian itu terjadi, kemungkinan kita akan mengalami risiko kerugian, baik yang bersifat material maupun non material. Oleh karena itu, faktor ketidakpastian perlu dipertimbangkan dalam memprediksi risiko yang terjadi, sehingga dapat diantisipasi dengan mitigasi apabila hal yang tidak diharapkan terjadi. 

Risiko merupakan dampak dari ketidakpastian dalam mencapai suatu tujuan. Salah satu kunci utama dalam menghadapi risiko adalah menanamkan budaya risiko dalam setiap diri manusia. Budaya risiko merupakan sistem nilai, keyakinan, pemahaman dan perilaku manusia dalam bentuk pengambilan keputusan terkait dengan risiko. Konteks mengenai budaya risiko ini pun luas, tidak hanya sebatas pada risiko kerugian materi, melainkan juga risiko keselamatan, kesehatan, reputasi, kinerja, dan lain sebagainya. Lalu, apa yang terjadi jika kita apatis terhadap budaya risiko.

jika dikaitkan dengan abainya kita pada Covid-19? Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat dilihat melalui beberapa peristiwa, sebagai berikut:

Adanya kabar bahwa terjadi beberapa ulama atau orang-orang alim, yang meninggal akibat pandemi Covid-19. Di Indonesia, kesadaran masyarakat di beberapa daerah dalam menerapkan protokol kesehatan masih sangat rendah. Salah satunya di daerah Depok, Jawa Barat.

Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (GTPPC) Kota Depok, per 31 Desember 2020, angka positif telah mencapai 17.294, sembuh 13.517, dan kematian telah mencapai 419 orang. Penyebaran virus Corona (Covid-19) masih berlangsung cukup tinggi di Kota Depok, bahkan cenderung tak terkendali. Penyebabnya karena sebagian besar warga Kota Depok abai protokol kesehatan (Prokes).

"Ada beberapa faktor yang menyebabkan kasus positif terus molonjak signifikan, yakni pergerakan orang yang cukup tinggi, aktifitas sosial ekonomi tinggi dan yang utama abai prokes," ujar Juru Bicara GTPPC Kota Depok, Dadang Wihana di Balai Kota Depok, Jumat (1/1/2021).

Fakta-fakta tersebut sangat memprihatinkan, mengingat ancaman bahaya dari sikap apatis warga terhadap protokol kesehatan adalah nyawanya sendiri. Padahal, berita dan informasi mengenai dampak Covid-19 sudah sangat meluas dan rasanya tidak mungkin apabila warga tidak mengetahui bahayanya. Namun begitu, mereka tetap mengabaikan risiko yang terlihat jelas di sekitar kita. Alhasil, nyawa yang menjadi taruhannya. Jika budaya apatis risiko ini masih terus berlanjut, maka tak heran jika setiap harinya terjadi penambahan kasus Covid-19 dengan jumlah yang cukup signifikan.

Virus Covid-19 memang sangat mudah menular, tak terkecuali bagi mereka yang sudah menjaga dengan baik kebersihan dan ketat protokol kesehatan. Namun, bagaimana pun tetap dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama menerapkan protokol kesehatan sebagai tindakan preventif terhadap peningkatan jumlah kasus Covid-19.

Oleh karena itu, penting untuk menerapkan budaya risiko, termasuk di dalamnya memperkirakan dan mengantisipasi kejadian risiko dengan tindakan mitigasi yang sesuai apabila benar-benar terjadi.

Bagaimana mengubah budaya apatis risiko menjadi budaya peduli risiko? Hal ini merupakan suatu hal yang tidak mudah, mengingat bahwa pola pikir atau mindset seseorang akan sulit berubah. Ada beberapa tahap yang harus dilalui, diantaranya:

(1) Sosialisasi

Dalam membentuk budaya risiko, hal pertama yang krusial adalah sosialisasi, karena orang harus memiliki pengetahuan mengenai risiko yang sedang dihadapi.

(2) Membentuk kesadaran

Setelah disosialisasikan, beri kesadaran dengan menyampaikan manfaat dari budaya risiko dan bahaya apabila mengabaikan budaya risiko. Semakin besar manfaat dan bahaya tersebut, kemungkinan budaya risiko yang terbentuk akan semakin kuat.

(3) Memberikan pelatihan

Setelah mengetahui dan memiliki kesadaran tinggi, orang tersebut dapat diberikan pelatihan tentang bagaimana menghadapi risiko yang ada.

(4) Mengadakan sistem reward and punishment

Memberikan pelatihan saja akan percuma apabila ia tidak memiliki kemauan kuat untuk menghadapi risiko. Oleh karena itu, perlu didorong dengan reward atas kepatuhan dan punishment atas pelanggaran yang dilakukan.

Melalui budaya risiko, setiap individu diharapkan mampu mengelola kejadian risiko dan mengantisipasinya. Hal ini penting mengingat budaya risiko dibutuhkan di segala aspek kehidupan manusia, mulai dari keuangan, kinerja perusahaan, kesehatan, keselamatan, reputasi, bahkan nyawa.

Terlebih lagi dimasa pandemi saat ini, di mana pemerintah sangat menaruh harapan kepada masyarakat supaya memiliki kesadaran tinggi untuk menjaga protokol kesehatan demi terciptanya Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun